Sabtu, 20 Desember 2014

Understand Me

Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu. (Ali bin Abi Thalib)

 image

Saya sudah beberapa kali mendengar kalimat ini, dan kembali lagi saya tertarik untuk me-repost ulang. Ini sudah cukup jelas menggambarkan keadaan yang seharusnya cukup dipahami dalam diam tanpa perlu dipertanyakan kejelasan.

Terkadang untuk menjadi seorang pemerhatimu, aku tak perlu selalu berbicara denganmu.
Karena terkadang, alam mendukungku untuk memperhatikanmu.
Terkadang alam memberi isyarat kepadaku segala tentang dirimu.
Hingga ketika kita bertemu, kau tak perlu berkata apapun.
Kurasa aku mengerti dirimu.
Mungkin terlihat begitu cepat aku menyimpulkan aku mengerti dirimu.
Tapi setidaknya aku berusaha untuk selalu mengetahui keadaanmu.

Maaf jika melukai, Tuan. 
Entah harus bicara mulai dari yang mana.
Tuan, semoga kau mengerti dan paham jalan pikiranku tanpa harus aku jelaskan padamu.
~

Kamis, 11 Desember 2014

Peri Di sudut Matamu

Bolehkah kali ini aku sedikit bermain peran? Aku ingin menjadi peri disudut matamu. Aku ada diantara kelopak mata dan sesekali aku bergelantungan pada bulu matamu. Aku akan melihat apa yang kau lihat, bedanya mungkin kau akan kesulitan melihatku. Jangan berkedip terlalu cepat, aku hampir jatuh. Kau tidak keberatan kan? Aku sudah sangat kecil, pasti kau tidak lagi merasa berat; keberatan. Kau bebas melakukan apa saja, karena aku tidak akan mengganggumu. Begini. Bisakah kau tidak menangis? Kumohon, ayolah. Usahakan tidak ada air mata yang keluar dari matamu, tidak berkaca-kaca atau basah oleh air mata. Maaf kalau ini membuatmu sedikit terkejut. Air mata akan membuatku kedinginan, lama kelamaan aku akan memudar dan terbunuh. Air matamu begitu berharga, ku mohon mengertilah. Aku bersamamu hanya beberapa waktu, dan ketika saatnya tiba aku akan menghilang dengan sendirinya tanpa kau sadari. Ah lupakan tentang perpisahan itu.
Hey, jangan menggosok matamu terlalu kencang. Sayapku hampir robek dan patah. Kau tidak kasihan melihatku jika tak lagi bisa terbang? Kau tahu, aku mempunyai mahkota di kepalaku, ini pemberian ibu peri ketika aku masih kecil. Walaupun sampai detik ini aku tetap saja kecil, tidak perlu membayangkan dulu aku sekecil apa. Aku tetap kecil bagaimanapun keadaannya. Mahkotaku berwarna perak, ada ukiran namaku diantara batu permata pada mahkota. Mungkin kau harus melihatnya dengan microskop atau dengan alat-alat lain yang bisa digunakan. Ini sangat menakjubkan. Kau menginginkannya juga? Maaf aku hanya punya satu, mungkin suatu hari kau akan mendapatkannya juga dari seorang pangeran.
Apa yang kau lihat? Sebentar, kau sedang melihat anak kecil yang menangis karena es krimnya jatuh? Tidak tidak, sepertinya kau sedang melihat sekumpulan remaja yang sedang bermain sepatu roda. Apa?? Aku salah lagi. Oh ya, aku tau. Kau melihat pemuda berkaca mata itu kan? Benar, aku tidak mungkin salah. Hey apa itu? Sebuah senyum untukmu? Dari pemuda itu? Dia memang manis menurutku, penampilannya cukup menarik. Kau tidak ingin membalas senyumnya? Kenapa kau menunduk? Cuaca disini semakin dingin ya, apa kau tidak berencana pulang? Menyeduh coklat panas atau memakan semangkuk sup. Sepertinya itu lebih baik, dan aku semakin kedinginan. Kau menangis? Ini bukan karena cuaca, kau menangis. Ada apa? Aku terlalu banyak berbicara atau aku terlalu mengganggu waktumu?
Aku tau tanpa perlu kau jelaskan. Pemuda yang duduk disana memang tersenyum, tapi bukan kearahmu. Kau adalah tembok antara dia dan wanita dibelakangmu. Tepat sekali, aku yakin itu. Tapi, bisakah kau tidak menangis lagi? Aku mulai memudar, aku ingin tetap menemanimu. Pergi saja dari tempat ini, setidaknya disaat kau kehilangan dia, kau masih memiliki aku sebagai tempat berbagi. Aku tidak akan terlalu banyak bercerita, atau apapun yang membuatmu bersedih. Ayolah pergi dari sini, karena sebentar lagi aku akan terbunuh dengan air matamu.


~ sederhana; saja. aku takut terlalu dekat yang semakin lekat. karena itu akan menyakitimu.

Sabtu, 06 Desember 2014

Dibelakangku

Kau peluk aku sebelum membunuhku
Tersenyum melihatku merenung melihatmu
Kau menungguku menunggu ku terjatuh
Setiap langkah tertuju setia dalam renungku

Ini sebuah lirik lagu yang mungkin orang-orang udah lupa. Dibelakangku, salah satu lagu Peterpan di Album Bintang Di Surga berhasil menyayat hati. Hiks. Entah ya saya kok agak lumayan yakin, banyak orang yang kadang udah lupa sama lagu-lagu zaman baheula, bisa jadi karena perkembangan zaman yang nuntut penikmat musik untuk terus maju. Misalnya aja seseorang akan ketinggalan zaman kalau gak hapal lirik lagu zaman sekarang. Hmm, bisa jadi. Coba deh buka referensi lagi lagu-lagu dulu, kalau bingung mau nyari lagu apa. Coba aja cari lagu ini, Peterpan - Dibelakangku. Kalau saya pribadi, saya suka musiknya dan segala elemen-elemen yang terkait didalamnya. Saya memang bukan sahabat peterpan, tapi saya adalah penikmat musik.

Baca ini, pahami, pelajari...

Jangan berjalan didepanku, karna kau bukan pemimpinku.
Jangan berjalan dibelakangku, karna aku bukan pemimpinmu.
Berjalanlah disampingku, karna kamu sahabatku
.

Saya bingung harus nulis apa lagi, karena saya masih terus menikmati syair ini.


~ Aku tetap seperti ini, tak terlihat disorot matamu. Dan kamu selalu fokus pada yang ada dibelakangku, mataharimu.

Jumat, 05 Desember 2014

Tajwid Cinta

Saat cinta bertajwid, tahukah kau ia akan begitu mesra dan mempesona.

Laksana ayat-ayat-Nya yang melantun indah jika engkau baca dengan tartil.
Saat awal bertemu, Ibarat menatap saktah. Aku hanya mampu terpanah dan menghentikan nafas sejenak
Layaknya huruf tarqiq lam tanpa jalalah, ada rasa tipis dan halus menyusup di jiwaku
Selanjutnya Ibarat huruf-huruf isti’la rasa itu menebal dari waktu ke waktu
Seumpama Fawatihus Shuwar yang tersenandung merdu namun pernuh misteri 
Laksana Alif Lam Mim, Saat itu ku pikir hanya Tuhan yang tahu tafsirmu 
Maka awalnya, aku hanya berharap agar bisa mengeja namamu dengan tartil
Namun bagaimanapun kau adalah ayat kauniyah-Nya yang selalu membuat penasaran Aqliyah ku  .
Maka izinkan aku untuk belajar tentang hukum-hukum cinta-Nya kepadamu
Meski aku di matamu mungkin bagaikan nun mati di antara idgham billagunnah. terlihat tapi dianggap tak ada.
Akan Ku ungkapkan maksud dan perasaanku seperti Idzhar Halqi yang jelas dan terang
Jika nun mati bertemu ba disebut Iqlab, maka jika aku bertemu dirimu, itu kusebut cinta
Cinta yang Seumpama Nun mati diantara dua Mim yang hilangkan jarak diantara kita
Sejenak kita bertemu pandang, lalu tiba - tiba semua seperti Idgham mutamaatsilain,­ melebur jadi satu
Sama halnya dengan Mad ‘aridh yang jika bertemu lin sukun aridh akan berhenti, seperti itulah pandanganku padamu
Kau dan aku seperti Idgham Mutajanisain, perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya tapi berlainan sifatnya
Selanjutnya Laksana Idgham Kamilah, ia Menyatu dengan  sempurna
Cintaku padamu seperti Mad Wajib Muttasil, paling panjang di antara Mad yang lainnya
Ibarat Mad Lazim, mencintaimu terasa wajib untuk diperpanjang 6 harakat
Meski perhatianmu terlihat seperti alif lam syamsiah, ku baca samar ibarat bintang Surius yang hadir bersama Mentari  
Cintaku padamu seperti alif lam Qomariah, terbaca jelas layaknya Purnama diantara Rasi  bintang selatan
Laksana huruf Tafkhim, namamu tercetak tebal di pikiranku
Ibarat bertemu Mim Bertasydid, Suaramu senantiasa mendengung meresonansi Jiwaku
Seumpama Qolqalah Kubra, Bayang-banyangmu mengema keras di dinding hatiku
Semoga cinta kita ini seperti idgham bilagunnah, cuma berdua, lam dan ro’
Seperti Hukum Imalah yang dikhususkan untuk Ro’ saja, begitu juga aku untukmu.
Layaknya Ta’anuqul Waqaf , engkau hanya boleh berhenti di salah satunya. DIA atau aku
Aku harap cinta kita seperti waqaf lazim, berhenti sempurna hingga akhir hayat.
Semoga seperti mad aridh liy sukun yang menjadi pertama di surah Al-Fatihah  dan mengakhiri Surah An-Nass  
Puisi tajwid cinta ini pasti akan berakhir, namun hukum-hukumnya akan tetap abadi
Begitupun aku yang akan senantiasa mentartilkan namamu setelah kata cinta hingga akhir nafas
Sebab Membaca Al-Qur’an dengan tajwid adalah Hukumnya Fardhu Ain
Maka mari belajar tajwid dengan cinta
Semoga muara cinta kita ini adalah cinta-Nya 

Catatan: Puisi bebas ini adalah penyempurnaan dengan perbaikan, pengembangan dan penambahan dari puisi yang sebelumnya telah dipos oleh anonim pada Islam Pos

Sabtu, 29 November 2014

Malam Minggu

Kepada kamu, yang bersedih di malam Minggu

Sudah berapa malam Minggu yang kau lewati dengan pergi entah kemana untuk mencari apa saja demi sesuap rasa yang kau sebut bahagia? Ke restoran cepat saji? Ke sebuah klub malam? Ke tempat pertunjukan musik? Atau ke sebuah taman? Kemana pun kau pergi, kupastikan tujuan akhirmu adalah pulang.
Sudah berapa malam Minggu yang kau lewati bersama orang yang (katanya) mencintaimu? Satu malam? Sepuluh malam? Tiga puluh? Lima puluh? Seratus? Siapa pun dia berapa pun malamnya, kupastikan hanya Ayah dan Ibumu lah yang paling setia menantimu pulang di beranda rumah.
Jika kau pikir bahwa dirimulah yang paling meresahkan di malam Minggu karena tak kunjung memiliki seorang kekasih, kau terlalu egois. Bahwa sesungguhnya yang paling meresahkan ketika malam Minggu adalah seorang Ibu yang menanti putri kesayangannya pulang larut malam. Atau seorang Ayah yang menunggu putra kebanggaannya kembali ke rumah tanpa cedera.
Kepada kamu, siapa saja yang (katanya) paling menyedihkan dan mengkhawatirkan di malam Minggu, terimalah surat ini dengan ukiran senyum paling indah yang kau miliki.
Salam~

Rabu, 26 November 2014

Lensa Satu Mata

Hati, telah terlatih untuk patah hati. Namun, tetap saja jatuh bukan sekali dua kali, berkali-kali menepi sendiri tanpa dapat dipungkiri.

Ada baiknya memang mencoba mundur, setidaknya sampai tanah yang basah mengering dengan sendirinya. Ada kepingan kaca yang tidak sengaja aku tabur, biar aku yang bersihkan. Tidak perlu kau memasuki lingkaran ini. Kita berbicara bukan lewat suara, hanya lewat rasa yang menguap diudara. Perlahan menetes mengaliri jalan yang berkelok. Tidak ada yang memaksa untuk bahagia, karena aku sendiri tidak tau keheningan yang melanda. Jika aku setega itu, sama saja seperti aku menyuruh seseorang yang pincang berlari ke rumah sakit, ataupun memaksa orang buta untuk menggambarkan sekelilingnya, kau yang memilih bukan aku.

Definisi aku, sangat sederhana. Seseorang yang tak ingin kau kenal, buku yang tak ingin kau baca, lagu yang tak ingin kau dengar, dan film yang tak ingin kau tonton. Aku adalah sebuah cerita yang tak pernah dipublikasikan, tapi aku adalah kebanggaan diriku. 

Ada sesuatu yang akan terus bertahan disana disaat semuanya berlalu dan berubah; kenangan. Mungkin ada yang ingin pergi diam-diam dan menangis dibawah hujan. -aku tidak suka dengan suatu keadaan dimana aku berada saat ini, tapi aku tetap diam. meski aku berbicara, ada diam yang ku simpan diam-diam-.

Semua hanya berantakan saja saat ini, tidak ada orang yang akan memahami perilaku semacam ini, tidak perlu juga orang lain tahu akan hal ini. Aku sengaja menulis dari potongan kalimat yang masih belum utuh. Siapa yang mau melarang?

~ Sebuah percakapan yang aku rasa cukup menjawab pertanyaan yang mengabu.

Nikmat apa lagi yang hendak didustakan ?

*Menepuk pundak*

Aku : Ada apa ?
Saya : Kamu nggak papa ?
Aku : Ha ? Im Fine ... hahahah emang ada yang aneh dengan aku ? Secangkir kopi dan lantunan lagu, nikmat apa lagi yang hendak aku dustakan, saudaraku ?
Saya : Hahahah kamu adalah aku, bagaimana saya tidak tahu apa yang terjadi dibalik senyumku.
Aku : .......
Saya : Kenapa kamu tidak menyapanya pagi ini ?
Aku : Aku menyapanya dalam do'a
Saya : Dan berharap dia menyapamu lebih dulu ?
Aku : Kind of ...
Saya : Hahaha katanya sahabat ? Lalu kenapa masih menyimpan gengsi satu sama lain.
Aku : Aku tidak gengsi ... Aku berani mengakui didepan dunia bahwa dia sahabatku. Aku hapal setiap perubahan kecilnya. Aku sanggup datang bahkan sebelum dia meminta. Aku selalu berusaha ada meski yang dia butuhkan hanya teman bicara.
Saya : Dan kau berharap dia melakukan hal yang sama ? Bukankah dengan cara seperti ini kamu menunggu dia meminta ?
Aku : Salahkah jika aku demikian ?
Saya : .... :) Boleh aku bertanya ? Apa beda seorang teman dan sahabat didalam dirimu ?
Aku : Sahabat berada diatas teman posisinya.
Saya : Kalau dia berada diatas teman lebih susah mana memaklumi kesalahan yang dilakukan teman atau yang dilakukan sahabat ?
Aku : ............
Saya : Apakah sahabat membutuhkan sebuah pengakuan sebagai sahabat ? Apakah sahabat harus merasa dianggap sahabat ? Bukankah yang dinamakan sahabat, berani menanggalkan semua egonya demi sahabatnya ? Bahkan melawan dunia sekalipun ? Jika kamu masih seperti sekarang ini .... jangan bilang kamu anggap dia sahabat. Bilang saja sebagai teman biasa. Memahami itu melampaui batas benar dan salah, itu yang selalu saya dengar dari mulutmu
Aku : .............
Saya : Apa yang kamu harapkan dari dunia yang mulai susah memaknai kata 'saling' ini, saudaraku ?

*Hening*

Aku : ............... Aku butuh kopi lagi. Kamu mau ?
Saya : Apa yang membuat kamu berpikir saya mau secangkir kopi ?
Aku : Karena aku tahu apa yang saya butuhkan.
Saya : Hahahahahahahah ya..ya.. ya..  bersama kamu, nikmat apalagi yang bisa saya dustakan ?

Dan seandainya hati ini telah dijatuhkan lagi, kuharap Tuhan tak akan menjatuhkannya pada yang mahir mematahkan. Lalu pergi begitu saja tanpa pernah mencoba untuk memungut kepingan hati yang telah hancur berantakan. 

Dari aku, sepotong tiramisu yang akan melumerkan berbagai rasa menjadi satu harmoni yang membuat candu; rindu~


Jumat, 21 November 2014

Secangkir Hujan (LDR)

Rindu memang selalu suka-suka datangnya. Suka tiba-tiba, direncanakan, ataupun memang sengaja diundang semesta; hujan salah satunya.

Resah yang aku lalui memang sewajarnya saja, tapi kau membuat keadaanku semakin tak baik-baik saja. Kau seakan tak ingin berpihak pada keinginan kalau kau mempertahankan hubungan kita. Aku tak ingin banyak menuntut semua waktumu, karena memang aku tak berhak meminta. Aku sadar diri akan aku yang belum sepenuhnya kau miliki, dan apalagi kau terlihat seakan tak ingin mempertahankan. 

Seandainya jarak tiada berarti .... 

Apalah jarak yang hanya bisa kita artikan dengan angka, yang menjelaskan seberapa jauhnya kau dan aku, yang menjelaskan kalau pertemuan itu butuh nominal yang tidak sedikit, yang menjelaskan sudah berapa hari, minggu, bulan bahkan tahun kita tak bertemu, dan dari sekian banyaknya angka-angka, kalau cinta yang tersimpan untukmu disana tidak butuh banyak nominal. Tat kala angka itu tak terhingga disini. Di hati.

Siapa sangka, kita bisa dipertemukan dalam kondisi cinta yang ruangannya berbeda. Kau disana dengan secangkir teh manis, untuk menemani dingin yang menyeruak di dinding kamar, dan aku disini melewati malam bersama hujan. Aku sendiri tidak mengerti hubungan macam apa yang sedang kita jalani. Kedekatan ini masih sukar aku mekarkan menjadi definisi yang lebih luas. Apakah gerangan yang ada di balik dadamu, rasa apa yang bersarang di sana, aku tidak memahaminya walau seremahan biskuit –yang berceceran di lantai—sekalipun. 

Aku tak ingin berhenti sampai disini, semua sudah terlalu banyak perjuangan yang selama ini kita lakukan. Kita hanya menunda akhir. Berusaha menambahkan hal-hal menarik yang indah untuk dikenang ketika berakhir nanti. Aku menyadari kau dan aku sama-sama menutup mata dan menutup telinga atas fakta yang ada di antara kita. Seperti yang aku katakan, kita hanya menunda waktu. Entah siapa yang akan terluka nanti. Setidaknya dalam waktu yang tertunda ini, kuharap aku bisa mengukir memori dalam pikiran dan hatimu. Kuharap dalam waktu-waktu ini kita bisa bahagia dalam rentang waktu yang terbatas. 

Lagi.
Dingin yang ku rasa bersama hujan.
Tiada senja yang menghangatkan.
Alih-alih aromamu masih tertinggal.
Padahal ragamu tak lagi tinggal.
Di mana kah kamu saat ini?


  
Sesederhana saat hujan turun dengan sendirinya tanpa ragu. Sesederhana itulah aku merindukanmu.
Jika hujan dapat mengobati rindu biarlah berlama-lama menikmatinya. ~myldrstory

Rabu, 19 November 2014

La Tahzan, Innallaha Ma’na

Terkadang, satu-satunya alasan kamu bertahan pada apa yang buatmu bersedih, adalah karena hanya hal itu yang bisa buatmu tersenyum dan tertawa. 

Sedih itu pemberian, namun larut atau tidak itu pilihan.
Akan ada hari dimana semua akan membaik.


Jumat, 14 November 2014

Mengikis Kesedihan

Ketika dia memutuskan untuk meninggalkanmu, itu bukan akhir dari kisahmu, itu hanya akhir dari bagian tentang dia dalam kisah hidupmu.

Ada sepenggal kalimat dari Tere Liye tentang bahagia dan sedih:
"Kebahagiaan dan rasa sedih itu terkadang tidak ada bedanya. sama-sama membuat tidak bisa tidur. Hanya saja rasa bahagia tidak membuat tubuh melakukan gerakan resah atau helaan napas panjang. Rasa gembira hanya membuat sesak.” 
Apa pendapatmu??

Hari ini dengan sepenggal kisah yang bikin hati sedih, cukup terusik dengan keadaan. Ya benar, hari yang diharapkan jauh lebih baik dari kemarin malah jauh dari kenyataan. Ada beberapa orang yang mungkin bisa dibilang ngebuat kecewa. Bukan perkara cinta, tapi masih berkutat masalah hati. 
Sedih memang kalau udah tahu sesuatu itu gak mungkin, tapi tetap aja usaha untuk pertahanin, masih aja terbuai dengan rasa sakit, dan gak ada satu orang pun yang peduli. Mungkin bukan jadi yang pertama ketika dicari, tapi setidaknya aku ada ketika mereka membutuhkan diakhir pengharapan mereka. Sesederhana itu.

Sedih itu sederhana, saat orang lain menggantikan posisimu dihati temanmu. Aku yang melihatmu, memperhatikanmu, dan mengertimu. Tapi masih saja dianggap tidak ada. Sedih memang, binar matamu tak lagi untukku. Tersenyum bukan karenaku, karena orang lain telah mencuri hatimu dari genggamanku.

Ah lupakan. Ini hanya luapan yang tak kunjung berakhir. Sedih hadir karena apa yang kita tidak harapkan terjadi atau apa yang kita harapkan tidak terjadi. Sedih itu pilihan. Kita yang memutuskan apakah kita harus berhenti di sini. Menangis. Atau kembali tersenyum dan terus jalani hidup ciptakan harapan-harapan baru. Baik atau buruk, bahagia atau sedih, segala yang terjadi dalam hidupmu adalah untuk mempersiapkan dirimu menjadi lebih baik. Semua tidak ada yang sia-sia.


Rabu, 12 November 2014

Sedikit Tentang Ini

Kita punya dunia sendiri yang kita sama sekali gak bisa berbagi dengan orang lain, sekalipun dia adalah orang yang sangat berharga. Alasannya gak semua hal bisa kamu sharing ke orang lain karena terkadang ada hal yang cukup kamu aja yang tau. Ada.

Aku menulis karena aku pelupa. Tapi yang ku tulis terkadang bukan aku. Tak perlu mempercayai ini secara berlebihan. Nyatanya, aku masih anak kecil yang masih salah dalam mengeja. Kosakata yang ku miliki belum banyak, jadi aku masih suka salah sebut kalau menurutku bagus, padahal tidak dan bahkan merusak kalimatnya. Aku anak kecil yang masih sering jatuh ketika melangkah, berusaha bangun tanpa menangis sakit. Terkadang minta dituntun agar tidak terjatuh oleh mereka yang sudah berlangkah lebar. Emosi yang tidak stabil, mengeluh dalam hari yang ku jalani, badmood yang bisa saja terjadi berkali-kali. Sesekali aku memasang ekspresi seram agar mereka tak berani membuatku semakin geram, atau bahkan aku tahan dalam waktu yang cukup lama dalam diam. Aku juga masih anak kecil yang punya amat-sangat-banyak mimpi untuk diwujudkan. Saat ini, baru sejumlah hitungan jari yang bisa kujadikan nyata. Tenang saja, aku tidak akan menyerah untuk mewujudkan yang lainnya. Aku memang anak kecil, yang tanpa kalian sadari bahwa kini aku mulai beranjak dewasa.

Sabtu, 08 November 2014

Trilogi Pohon, Daun, dan Angin

"DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?”

POHON
Alasan mengapa orang-orang memanggilku “Pohon” karena aku sangat baik dalam menggambar pohon. Setelah itu, aku selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua lukisanku. Aku telah berpacaran sebanyak 5 orang wanita ketika aku masih di SMA.
Ada satu wanita yang aku sangat aku cintai, tapi aku tidak punya keberanian untuk mengatakannya. Dia tidak memiliki wajah yang cantik, tubuh yang sexy, dan sebagainya. Dia sangat peduli dengan orang lain dan religius. Tapi dia hanya wanita biasa saja.
Aku menyukainya, sangat menyukainya, menyukai gayanya yang innocent dan apa adanya, kemandiriannya, aku menyukai kepandaiannya dan kekuatannya.
Alasan aku tidak mengajaknya kencan karena aku merasa dia yang sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku juga takut, jika kami bersama semua perasaan yang indah ini akan hilang. Aku juga takut kalau gosip-gosip yang ada akan menyakitinya. Aku merasa dia adalah “sahabatku” dan aku akan memilikinya tiada batasnya dan aku tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia.
Alasan yang terakhir, membuat dia menemaniku dalam berbagai pergumulan selama 3 tahun ini. Dia tau aku mengejar gadis-gadis lain, dan aku telah membuatnya menangis selama 3 tahun.
Ketika aku mencium pacarku yang kedua, dan terlihat olehnya. Dia hanya tersenyum dengan berwajah merah dan berkata “lanjutkan saja…” dan setelah itu pergi meninggalkan kami. Esoknya, matanya bengkak, dan merah…
Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis, but aku tertawa dengannya seharian. Ketika semuanya telah pulang, dia sendirian di kelas untuk menangis. Dia tidak tahu bahwa aku kembali dari latihan sepakbola untuk mengambil sesuatu di kelas, dan aku melihatnya menangis selama sejaman.
Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya. Pernah sekali mereka berdua perang dingin, aku tahu bukan sifatnya untuk memulai perang dingin. Tapi aku masih tetap bersama pacarku. Aku berteriak padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget. Aku tidak memikirkan perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku. Esoknya masih tertawa dan bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya. Aku tahu bahwa dia sangat sedih dan kecewa tapi dia tidak tahu bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia, aku juga sedih.
Ketika aku putus dengan pacarku yang ke-5, aku mengajaknya pergi. Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga ada sesuatu yang ingin dia katakan padaku. Aku cerita padanya tentang putusnya aku dengan pacarku dan dia berkata tentang dia sedang memulai suatu hubungan dengan seseorang. Aku tahu pria itu. Dia sering mengejarnya selama ini. Pria yang baik, penuh energi dan menarik.
Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakitnya hatiaku, tapi hanya bisa tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika aku sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat dan aku tidak dapat menahannya. Seperti ada batu yang sangat berat di dadaku. Aku tak bisa bernapas dan ingin berteriak namun tidak bisa.
Air mata mengalir dan aku jatuh menangis. Sudah sering aku melihatnya menangis untuk pria yang mengacuhkan kehadirannya.
Ketika upacara kelulusan, aku membaca SMS di handphone-ku. SMS itu dikirim 10 hari yang lalu ketika aku sedih dan menangis.
SMS itu berbunyi, “Daun terbang karena Angin bertiup atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal?
  

DAUN
Selama SMA, aku suka mengoleksi daun-daun, kenapa? Karena aku merasa bahwa daun membutuhkan banyak kekuatan untuk meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali.
Selama 3 thn di SMA, aku dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tapi “Sahabat”. Tapi ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah aku pelajari sebelumnya, CEMBURU. Perasaan di hati ini tidak bisa digambarkan dengan menggunakan Lemon. Hal itu seperti 100 butir lemon busuk. Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka putus, aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Tapi sebulan kemudian dia bersama seorang gadis lagi.
Aku menyukainya dan aku tahu bahwa dia juga menyukaiku, but mengapa dia tidak mau mengatakannya? Sejak dia mencintaiku, mengapa dia tidak yang memulainya dulu untuk melangkah? Ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku selalu sakit. Waktu berjalan dan berjalan, hatiku sakit.
Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan, tapi mengapa dia memperlakukanku dengan sangat baik di luar perlakuannya hanya untuk seorang teman?
Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati, aku tahu kesukaannya, kebiasaannya. Tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa diketahui. Kau tidak mengharapkan aku sebagai seorang wanita untuk mengatakannya bukan?
Di luar itu, aku mau tetap di sampingnya, memberinya perhatian, menemaninya, dan mencintainya. Berharap, bahwa suatu hari, dia akan datang dan mencintaiku. Hal itu seperti menunggu telponenya setiap malam, mengharapkannya untuk mengirimku SMS. Aku tau sesibuk apa pun dia, dia pasti meluangkan waktunya untukku. Karena itu, aku menunggunya. 3 tahun cukup berat untuk kulalui dan aku mau menyerah. Kadang aku berpikir untuk tatap menunggu. Luka dan sakit hati, dan dilema yang menemaniku selama 3 tahun ini.
Ketika diakhir tahun ke-3, seorang pria mengejarku, dia adalah adik kelasku, setiap hari dia mengejarku tanpa lelah. Dari penolakan yang telah dia tunjukkan, aku merasa bahwa aku ingin memberikan dia ruang kecil di hatiku.
Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon. Akhirnya, aku sadar bahwa aku tidak ingin memberikan Angin ini ruang yang kecil di hatiku.
Aku tau Angin ini akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh dan ke tempat yang lebih baik. Akhirnya aku meninggalkan Pohon. Tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal, aku sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku.
Daun terbang karena Angin bertiup atau Pohon tidak memintanya untuk tinggal?”

ANGIN
Karena aku menyukai seorang gadis bernama Daun, karena dia sangat bergantung pada Pohon, jadi aku harus menjadi Angin yang kuat.
Angin akan meniup Daun terbang jauh. Ketika aku pertama kalinya, ketika 1 bulan setelah aku pindah sekolah. Aku melihat seorang memperhatikan kami bermain sepakbola. Ketika itu, dia selalu duduk di sana sendirian atau dengan teman-temannya memerhatikan Pohon. Ketika Pohon berbicara dengan gadis-gadis, ada cemburu di matanya. Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di matanya. Memperhatikannya menjadi kebiasaanku, seperti daun yang suka melihat Pohon. Satu hari, dia tidak tampak, aku merasakan kehilangan.
Seniorku juga tidak ada saat itu, Aku pergi ke kelas mereka, melihat seniorku sedang memperhatikan daun. Air mata mengalir di mata daun ketika Pohon pergi, besoknya, aku melihat Daun di tempatnya yang biasa, memperhatikan Pohon. Aku melangkah dan tersenyum padanya. Menulis catatan dan memberikan kepadanya. Dia sangat kaget.
Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima catatanku. Besoknya, dia datang, menghampiriku dan memberiku catatan. “Hati Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa meniupnya pergi, hal itu karena Daun tidak mau meninggalkan Pohon.” Aku melihat ke arahnya dengan kata-kata tersebut dan pelan dia mulai berkata padaku dan menerima kehadiranku dan teleponku.
Aku tahu orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku akan berusaha agar suatu hari dia menyukaiku. Selama 4 bulan, aku telah mengucapkan kata Cinta tidak kurang dari 20 kali kepadanya. Setiap kali dia mengalihkan pembicaraan… tapi aku tidak menyerah, aku memutuskan untuk memiliki dia dan berharap dia akan setuju menjadi pacarku.
Aku bertanya, “apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak pernah membalas?” Dia berkata, “aku menengadahkan kepalaku”.
“Ah?” Aku tidak percaya apa yang aku dengar.
“Aku menengadahkan kepalaku” dia berteriak.
Aku meletakkan telepon, berpakaian dan naik taxi ke tempat dia, dan dia membuka pintu, aku memeluknya kuat-kuat.
“Daun terbang karena tiupan Angin atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal”.

filsafat POHON, DAUN dan ANGIN sangat menarik memang. Jika harus memilih, kamu memilih menjadi apa? pohon yang tangguh kah? daun yang ikhlas kah? atau angin yang kuat kah?
jika kamu memilih pohon, kamu bisa digambarkan sebagai sosok yang tangguh dan mampu melindungi. sosok yang akan beridiri tegap, sekalipun daun yang dicintainya jatuh berguguran diterbangkan angin. sepanjang usianya, ia akan tetap bertahan, tersenyum kembali ketika ada pucuk-pucuk baru yang tumbuh di ujung-ujung ranting rapuhnya.
jika pilihanmu adalah daun, maka kamu pastilah sosok yang rapuh. namun, kelebihannya daun cenderungtak menangisi nasibnya. Sekalipun angin kencang pun menerbangkannya dan membawanya pergi dari nanungan sang pohon, toh daun tidak pernah marah atau dendam pada angin. Ia pun merelakan dirinya diterbangkan dari pohon yang telah memberinya tempat bernaung.
Angin adalah cerminan sosok yang berani dan realistis. dia akan menerbangkan apapun yang ia mau dan membawa pergi siapapun yang layak ia bawa. Apakah itu berarti angin kejam. tidak selalu, terkadang, angin menerbangkan daun kering merah di musim gugur yang sudah tak nyaman lagi berada di pohon. dengan terbangnya daun, pohon pun dapat mempertahankan hidupnya selama musim gugur.
well, That's what I know about these three elements. what do you think? which elements are you belong to?  

 #Repost

Rabu, 05 November 2014

Make A Wish (Dandelion)

Tuhan, semoga aku bisa mendapatkannya. ~
 

DANDELION :)

Mungkin tidak banyak orang yang menganggap keberadaan dandelion, karena bunga tersebut seringkali diabaikan. Tapi Dandelion mampu bertahan dalam segala cobaan. Walaupun bentuknya tidak seindah mawar merah, mungkin tidak harum seperti bunga melati. Tapi Dandelion dengan tangkai kecilnya yang sederhana. mampu memberikan banyak arti dalam kehidupan ini. Bisa memberikan kehidupan baru.

Seiring waktu berjalan, bunga dandelion terus menumbuhkan bunga kecil di tubuhnya. Kemudian bunga-bunga kecil tersebut, akan terbang tinggi dan jatuh dan tumbuh di tempat baru yang mereka singgahi. Dengan semua kepasrahannya untuk melepaskan bunga-bunga kecil terbang ke udara untuk kembali memberikan kehidupan yang baru. Kemudian ketika mengering, dandelion akan kembali tumbuh menjadi bunga yang lebih besar lagi. Setahap demi setahap. Itulah kehebatan Dandelion, yang bisa memberikan kehidupan di tempat baru. Dan sifatnya abadi.

Sosok Dandelion, adalah kuat meskipun tampak rapuh, tapi memiliki misi yang luas, dalam memberikan kehidupan baru di luar sana. Mampu terbang tinggi, menjelajah luas menentang angin, sampai akhirnya mendarat di tempat baru kemudian tumbuh menjadi jiwa yang baru.
 
Berjanjilah, kamu akan menjadi seperti serbuk Dandelion yang terbawa angin, yang mampu terbang tinggi dan menjelajah angkasa, tetap berusaha untuk mengejar dan menggapai cita-cita yang mungkin akan berbatu-batu jalannya, memperjuangkannya, tidak berhenti untuk mengejarnya dan percaya akan ada kebahagiaan dimanapun ia berada.
 

Jangan takut untuk bermimpi menjadi apa yang di inginkan, setinggi mungkin. Jika kita berusaha maka kita akan mendapatkan benihnya.
 

Ada Saatnya Menyendiri

Menyendiri bukan pelarian. Rasul shalallaahu ‘alaihi wasallaam pun perlu menyendiri. Untuk merenung, untuk menghadap kepada Yang Mutlak. Karena itu engkau perlu suatu saat. Untuk menyendiri. Untuk merenung, untuk menghadap kepada Yang Mutlak.

Mereka ingin kamu selalu bersama, tetapi mereka juga tidak mau menerimamu apa adanya. Kamu tahu itu, dan karena itu kamu berkompromi selama ini. Menjadi dirimu yang bukan dirimu, melainkan menjadi dirimu sebagaimana mereka mau. Kamu, yang bukan kamu, tetapi juga bukan mereka. Batinmu selalu berteriak tentang hal itu.

Karena itu sesekali pergilah menyendiri. Tak perlu selamanya, karena hanya orang terlalu kaya yang mempunyai kewenangan menyendiri selamanya. Tidak perlu terlalu lama juga, karena mayat pun bosan berlama-lama di kubur jika tidak ada malaikat bersamanya (semoga bukan untuk menyiksa melainkan untuk menemaninya).

Minggu, 02 November 2014

Seorang Kakak

Dari sekian yang pernah hadir.

Rasanya senang kali kalau liat anak-anak ketawa, ngelakuin hal-hal konyol gak jelas. Ada harapan dimatanya, berjuang untuk masa depan dengan cara yang mereka pilih. Dimanapun, kapanpun. Asal udah liat anak-anak pasti rasanya pengen jadi tempat mereka untuk berbagi.

*Ini sebenarnya gak pas gitu kalau ditulis disini, tapi gak apalah. Buat yang baca tulisan ini, baca aja. Gak perlu komentar, cukup senyum haha.

"adek gak sayang kakak kan?" 
"ehh, sayang kok"
~ ini sepenggal celotehan pas tadi pagi sama Zuhra.

Rasanya pengen kali punya adek lagi, apalagi cewek :3 karena anak mama cuma dua. Punya adek, itu juga cowok. Alasannya simple, pengen ikatin rambut adek cewek. haha konyol -_- tapi ini cita-cita loh. Sebenarnya Tuhan bukan gak sayang, Tuhan udah datangin dua orang adek perempuan untuk sang kakak. Tapi karena jarak, jadi susah komunikasinya. Yang satu di Lhoksemawe, yang satu jarang ketemu.

Suka senang kalau liat kakak sama adeknya main bareng. Jalan-jalan, ketawa-ketawa, akur gitu. Gak iri, tapi rasanya rindu aja. Susah memang kalau nuntut yang bukan hak kita, belajar bersyukur atas semua yang Tuhan kasih. InsyaAllah, Tuhan sayang lebih :)

Teruntuk sosok kakak diseluruh penjuru dunia. Semoga belaian kasih sayang seorang kakak terus mengalir, terukir dalam jiwa, menghangatkan raga. Mereka tidak menuntut banyak hal, cukup dengan sentuhanmu, mereka akan lebih baik memaknai hidup.



Dari sudut hati seorang kakak

Sabtu, 18 Oktober 2014

You Confuse Me

Kadang memang susah mau nyatuin pikiran, ibarat orang yang ngerokok dengan orang yang sama sekali gak merokok. Semua orang tujuannya sehat, tapi setiap orang punya caranya masing-masing untuk bertahan hidup dengan pola kesehatan yang dia pilih. Ini pilihan hidup.


Sering kali kita berandai-andai mencoba menepikan rasa kacau. Mendiami diri padahal ingin sekali berbincang-bincang tentang segala hal yang bahkan dianggap tidak terlalu penting. Jelas sekali terbaca dari sorot mata itu, kita saling merindukan. Jangan menoleh, aku terlanjur mempelajarimu. Sebenarnya ada banyak hal yang ingin kusampaikan, bagaimana hujan turun, bagaimana angin meniupkan daun, bagaimana matahari mencintai bumi dan hal lainnya.

Aku hanya menulis rasa, bukan menulis agar kau suka. Walaupun ku tau kau telah lama beranjak dari tempatmu, tapi sajakku masih terus mengabarkan. Aku mungkin hanya akan menjadi penonton yang duduk dibarisan bangku paling depan, yang pulang paling belakang. 

Tidak ada yang sia-sia sekalipun itu tentang kesedihan. Waktu akan mengumpulkan pecahan-pecahannya untuk menyusun kebahagiaan suatu saat nanti. Cukup kau garis bawahi saja. Dulu hingga kini kau masih menjadi inspirasi terbaikku. Terbukti dari banyaknya tulisan yang kucipta saat kita bersama. Karena aku tak menilaimu hanya dari satu sisi, mungkin hanya secangkir kopi yang mengerti. Tentang noda kopi yang masih terasa manis.


Jodoh : Sungai Nil dan Mesir

Tiba-tiba, disudut relung hati (ciyeee) jadi teringat kata nil (sungai nil di mesir itu loh). terus langsung aja ngobrol gitu sama mbah google, dapatlah sedikit kutipan tentang nil. ehh malah teringat film ayat-ayat cinta tentang dialog fahri dan maria.

~

Fahri : Sebelum aku kesini, sebenarnya ada 2 hal yang bikin aku kagum sama Mesir. Yaitu Al Azhar dan Sungai Nil, karena tanpa sungai Nil, tidak ada Mesir dan tidak ada AL Azhar.


Maria : Aku juga suka sungai Nil, kalau tidak ada sungai Nil, pasti tidak ada Mesir, tidak ada peradaban, yang ada hanya gurun pasir. Kamu percaya pada jodoh, Fahri?

Fahri : Ya, setiap orang memiliki...


Maria : jodohnya masing-masing. Itu yang sering kamu bilang. Aku rasa sungai Nil dan Mesir itu jodoh, senang ya kalau kita bisa bertemu dengan jodoh yang diberikan Tuhan dari langit.

Fahri : Bukan dari langit, Maria, tapi dari hati, dekat sekali

Somebody else posted this before.
I just feel like posting it too.
I just like the movie, but I like the novel better.
It is more than just a love story.


Minggu, 12 Oktober 2014

Penikmat Rindu

Cobalah mengerti apa yang tersirat dariku. Setiap goresan yang aku tunjukkan tanpa perlu aku katakan. Binar mataku, lukisan bibirku, dan segala hal yang ada padaku. Hanya untuk agar kau memahami aku. Itu saja.

Cobalah melihat lebih jauh lebih dalam, lebih dalam lagi. Disitulah bayanganmu berada. Semuanya terlihat sama, tapi kamu berbeda dari mereka. Antara kamu yang terjebak masa lalu dan aku yang terjebak dalam bayangmu. Jika merindukanku itu melelahkanmu, aku harap kamu tidak menyalahkan aku karena itu.

Sejak ku yakini bahwa kau bukanlah siapa-siapa aku, sejak itu pula aku mulai kehilangan kata yang dulu ku bangga-banggakan bila aku jauh darimu. Kata kebanyakan orang, cinta itu harus diungkapkan jika memang sudah waktunya, sebelum kamu menyesal dan tidak ada kesempatan yang datang lagi. Untukmu yang meniupkan angin dan kamu juga yang menghembuskan angin. Ketahuilah, berhenti mencinta tidak mungkin secepat jatuh cinta. Aku tidak menyalahkanmu mengapa rindu ini terus hadir. Ini hanyalah sepenggal kata, rindu.

Aku pernah bertanya pada sang rindu, “mengapa sang bayang tak jua hendak pergi dari sini…?” dan sang rindu pun menjawab, “karena sang bayang itu selalu diam.” Sederhana saja, aku rindu walau itu hanya bayangmu. Bayanganmu yang tidak akan pernah menjadi nyata. Yang aku tahu, merindu itu melelahkan.

Ada perjuangan yang tidak kamu lihat dan tidak kamu rasakan. Mungkin ini berlebihan, tapi aku berusaha untuk tidak membohongi diri. Andai yang ku rindu itu bukan kamu.



Banyak 'kabut' berkumpul dan berputar-putar dalam hidup kita; teman jadi musuh, musuh jadi teman.
Lalu cinta jadi orang asing, orang asing jadi cinta.

Selasa, 07 Oktober 2014

Sesaat

Ada beberapa hal yang kadang kita gak bisa bilang ke orang lain, bahkan orang terdekat. Alasannya simple, mereka tidak cukup memahami. Kita harus ngehargai apapun yang jadi keputusan dia, apapun. Karena dia melakukan itu bukan tanpa alasan dan harus ada yang dikorbanin. Ini dari sisi saya, mungkin ada baiknya melukis jarak secara perlahan. Bukan maksud menjauh, hanya saja kita butuh waktu jeda, meski sesaat~ 

Daun ku telah gugur, entah karena angin yang meniup atau karena keadaan yang membuat aku harus menggugurkannya.   

Minggu, 28 September 2014

Prajurit Masa Depan

Seorang anak laki-laki berjalan mondar-mandir dengan kedua tangan yang dikepal. Diseberang sana tampak kawanan teman sebayanya yang tertawa lepas, kejar-kejaran, melompat, dan menari. Tapi ia tidak bisa diam, masih saja berjalan tak tentu arah. Mukanya memerah, keringatnya bercucuran. Teriknya matahari membakar kulitnya yang semakin gelap. 

Entah apa yang mengganggu pikirannya. Ia merogoh saku celananya, ada secarik kertas lusuh yang ia tulis setahun yang lalu. Dibacanya kembali, tulisannya segikit berantakan. Ada bekas tetesan kecap diatasnya. Matanya menatap tajam, sesekali ia berpaling melihat sosok anak yang sedang kejar-kejaran. Ia kembali menatap kertas ditangannya.

"Humam!" teriaknya. Anak laki-laki yang sedang kejar-kejaran itu menoleh dan berlari menghampirinya. 

"Ya, ada apa?" nafas anak yang bernama Humam itu terengah-engah. Bajunya telah basah oleh keringat.

"Nanti ketika kita SMA, kita akan satu sekolah kan?" katanya. Yang ditanya tampak bingung. "Ayo katakan iya. Kita akan satu sekolah kan?"

"Aku tidak tahu, sepertinya kita tidak satu sekolah" anak laki-laki itu tertunduk, mukanya pucat.

"Kenapa? Bukankah kita sudah berjanji jika kita sudah besar nanti, kita akan masuk ke SMA yang sama? Kau melupakan janjimu?" ia menggenggam kertas yang sedari tadi di pegangnya. 
"Kau lupa dengan kertas ini? Aku masih menyimpannya" balasnya lagi.

"Ti..tidak. Bukan begitu Kamil. Aku hanya takut" Humam mencoba melihat wajah Kamil. Kamil menatapnya dengan geram. 

"Takut apa? Kenapa?"

"Hmm.. Bun..bunda kemarin memanggilku selepas Ashar. Bunda bilang, dua minggu lagi aku akan diadopsi oleh orangtua angkatku. Aku sengaja tidak memberitahumu sampai aku benar-benar siap" mata Humam berkaca-kaca. Ia memegang ujung bajunya. 

"Kenapa Humam, kenapa kau tidak mengatakannya padaku? Kenapa aku tidak diberi tahu?" Kamil semakin geram, firasatnya benar bahwa ia akan kehilangan sahabatnya.

"Aku hanya takut, aku takut kehilanganmu. Aku benar-benar belum siap. Aku tidak akan pernah lupa tentang surat itu. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak mungkin menolak permintaan Bunda. Bunda sangat baik terhadapku" tangisnya tertahan. Dihapusnya air mata yang semakin mengalir deras. Sebagai anak laki-laki ia tidak ingin terlihat cengeng terlebih didepan Kamil, sahabatnya.

"Lalu, bagaimana dengan aku? Kau akan meninggalkan aku sendiri" 

"Tidak Kamil, kau akan selalu menjadi sahabatku. Percayalah, kita akan bertemu lagi suatu hari nanti. Aku tidak akan melupakan janji kita" Humam memeluk sahabatnya.

"Aku akan belajar yang rajin supaya nilaiku bagus, dan nanti aku akan menyusulmu masuk ke SMA yang sama."

"Ku pegang janjimu, kau sahabat terbaikku" Humam melapaskan pelukannya.

"Sudah, aku tidak ingin menghabiskan hariku hanya untuk bersedih. Ayo kita main" Kamil memukul pundak Humam dan berharap Humam kesal dan berlari mengejarnya.

"Siap dengan pukulanku??" balas Humam dan segera berlari menyusul Kamil. 

"Siaaappp" teriaknya. Bersiaplah masa depan aku akan datang, batin Kamil.


Sabtu, 27 September 2014

Bagiku

"sedihnya itu karena kita gak bisa memiliki yang bukan hak kita, 
dan kita tau (pasti) itu gak akan mungkin".

Ku tulis sebuah surat teruntuk kau yang tak pernah tersapa oleh raga. Meskipun aku tau tidak akan ada balasan untuk ini, tapi aku hanya ingin melakukannya. Siapa yang tau, kita tidak akan pernah tau sebelum kita mencoba. Semoga saja Tuhan menyampaikannya padamu. 

Dengarlah kau yang tak pernah tersapa oleh dekapan. Kadang aku menganggap Tuhan tidak adil, aku terlanjur cemburu melihat mereka bersama sedangkan aku tidak bisa memilikimu. Dengan semua gelak-tawa, keceriaan, bahagia dan menangis bersama. Mungkin aku harus menepi, telah terlalu jauh aku berlayar mencarimu. Terhempas ombak menabrak karang, tapi aku masih tidak menemukanmu. Pada akhirnya aku menangis karena aku menyadari bahwa semua hanyalah ilusi yang tak kunjung usai. Waktu berlalu begitu cepat, hingga aku tidak menyadari apa yang telah aku miliki sekarang. 


Minggu, 21 September 2014

Sebuah Pesan

Daun masih saja berguguran. Sama seperti sore-sore sebelumnya, dengan secangkir susu coklat kesukaanku, ku nikmati senja. Berusaha untuk menenangkan diri sejenak, entah berapa kali ku lirik handphone diatas meja. Tidak bergerak bahkan tidak bersuara. Terlalu sepi. 

Sesekali kuciumi aroma susu coklat kesukaanku dari kepulan asap ditepian cangkir yang kugenggam. Aku masih mencoba menenangkan diri, sudah dua hari sang Raja tidak menghampiri sang Ratu. Ku lirik lagi handphone ku, tidak ada tanda-tanda seseorang menghubungiku. Ku buka pesan-pesan yang masih kusimpan dan ku baca ulang. Ada emoticon peluk dan cium disana, aku merindukannya. Nyatanya, sampai detik ini masih saja sama. Rasanya badanku telah berlumut, entah berapa lama aku disini. Menunggu dan menunggu, beku bersama kursi kayu yang menyangga tubuhku dengan enggan. 

Beberapa menit kemudian, suara riuh kendaraan bersahutan. Satu persatu laki-laki berkopiah hitam turun dari sebuah mobil terbuka. Entahlah aku tidak peduli, bukan mereka yang aku harapkan saat ini.

"Ufaira!"

Aku terperanjat, aku mengenali suara itu. Aku bangkit meninggalkan kursi teras, melihat lebih dekat siapa dia. Hamid berjalan mendekat, dibelakangnya berbaris laki-laki berkopiah hitam yang ku lihat tadi sembari bershalawat. Tenang sekali.

"Aku membawa sesuatu. Ini adalah sebuah pesan dari masa depan. Ufaira, will you marry me?" ~

Jumat, 19 September 2014

Surat Murid Baru

Hai salam kenal murid baru. Kenalin nama aku Senja. Aku duduk dibangku nomor dua dari belakang, masih satu deret dengan tempat duduk kamu sekarang. Jangan nengok dulu ya, nanti bu guru tahu. Diem aja disitu, tetap dengan kertas ditanganmu. Istirahat nanti kita bisa kenalan lagi kalau kamu mau.

Tadi pagi aku melihatmu buru-buru mengayuh sepeda dengan tas yang resletingnya masih terbuka, bukumu jatuh, aku tertawa hehe. Kamu tinggal di Kompleks Melati kan? Rumahku tepat didepan rumahmu. Diam-diam aku mengamatimu tadi. Mukamu yang panik itu lucu. Apalagi saat anjing pak Rudi rumah nomer 7 tiba-tiba keluar menggonggongimu, sepedamu hampir rubuh, buku yang baru kamu pungut jatuh lagi. Melihatnya aku kaget sendiri, tapi lagi-lagi aku tertawa geli.

Aku gak nyangka kamu sekolah disini juga, dan kita juga sekelas. Aku pikir usia kamu lebih jauh dari aku, karena badanmu lebih tinggi dari aku dan mukamu (maaf) terlihat boros :p. Mungkin karena aku terlalu jauh melihatmu, harusnya aku melihatmu lebih dekat ya haha. Kabari aku kalau kamu mau berkeliling sekolah untuk melihat-lihat. Aku akan membawa kamu ke setiap tempat yang mungkin nggak semua anak tahu. Ini rahasia kita, aku yakin kamu pasti suka. Oke.

Jangan senyum-senyum bacanya, nanti bu guru curiga.

Oya, kamu suka bakso? kalau iya, kamu masuk di sekolah yang tepat. Bakso di kantin sekolah ini adalah bakso paling enak sedunia, yang jual Pak Amin namanya. Orangnya baik, kita bisa ngutang kalau nggak punya uang. Nanti aku ajak kamu berkenalan dengannya, siapa tahu Pak Amin memberimu semangkuk gratis dan aku ketularan dapet gratis juga. :D

Aku harap hari ini akan jadi hari perkenalan yang indah. Karena setelah ini kita akan sering bertemu sebagai tetangga dan teman sekelas.

Sudah dulu ya murid baru. Istirahat nanti aku akan menghampirimu. Tapi jangan kaget kalau nanti aku banyak diam, karena aku seorang tuna wicara. Anggap saja surat ini adalah surat pengantar perkenalan kita :). Selamat belajar dikelas baru..



Senjania Sakhi 

Sabtu, 13 September 2014

Sebuah Episode

Hujan malam ini mengantarkanku membuka lembaran yang telah basah dan tulisannya pun nyaris memudar. Kau yang pernah singgah diujung kuku, aku masih di pinggiran telaga ~

Siapa yang tau pasti hati seseorang? Siapa yang bisa fasih membaca keadaan? Siapa yang bisa merangkul dan mendekap lebih erat selain dirimu sendiri? Aku memang berdiri sendiri dengan sisa kemampuanku meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan meskipun ragu mengganggu. Aku bersama 1000 burung kertas yang kurangkai dalam ingatan, kita akan bahagia. Kita akan menjemput semua itu, hanya saja butuh waktu. Terlalu sukar untuk menterjemahkannya. Tapi yang bertahanlah yang paling layak untuk diperjuangkan.

Dia yang tak bernama, bukankah dunia yang pernah kita lalui sangat berharga? Kita menjalaninya dengan hati, meski semua tidak pasti nyata. Apa yang kita butuh, Tuhan tahu. Saat kita minta, Tuhan mendengar. Saat kita percaya, Tuhan bekerja. Saat kita bersyukur, Tuhan memberi lebih. Sejauh apapun aku nantinya, dan sejauh apapun kamu. Ku kira rindu tak pernah bernama sama sepertimu, kesunyian adalah bahasanya dan diam adalah cara kita memahami semua. 

Dengarkan aku, kisah kita adalah sebuah perjalanan panjang yang seharusnya diabadikan. Kau bisa menjadikan aku esok sebagai kenangan atau mungkin saat ini. Sebab bersama-sama itu bukan sekedar untuk berbahagia, kita bersama pun untuk bertahan dalam kesulitan. Tidak semua yang menangis itu sedih, yang tertawa pun tak selalu berbahagia. Untuk sebuah kejadian yang harus dilupakan, aku tak pernah berjuang melupakannya. Aku hanya tak ingin mengingatnya.


Dibalik hujan ada kesedihan yang menetes diam-diam. Kesakitan kadang lebih indah ketika disamarkan. ~

Senin, 08 September 2014

Sepi Dalam Rasa

Hai senja, mungkin sudah terlalu lama aku tak menyapamu dalam rindu. Rindu yang beradu dalam putaran waktu yang terus berlalu. Masihkah aku dalam genggamanmu?

Senja, aku telah berteman sepi. Dia teramat baik terhadapku, dia mengajariku banyak hal. Mengajariku hal-hal yang selama ini mungkin terabaikan begitu saja. Terkadang sepi mengajariku arti kesendirian, memang tidak secara jelas tergambar. Tapi itu cukup membuatku lebih baik dalam mengartikannya.

Sepi adalah tempatku untuk bersembunyi. Dalam sepi aku menemukan diam, tempat dimana aku bebas berteriak dengan segala kekuatan yang aku miliki. Sepi tidak pernah kecewa bahkan marah terhadapku. Bukankah dia sangat baik?

Kepada sang waktu aku ceritakan kisahku. Kepada kenangan aku goreskan keindahan. Kepada hujan aku biaskan pelangi. Tentang segala macam lakon, kecemasan, dan ketakutan.

Senja, bagaimana aku harus meng-eja rasa? Jika membacanya saja aku masih tidak cukup kuasa. Aku tidak mahir untuk menakarnya. Hingga kesendirian datang lagi, sementara separuh jiwa ini dijaga oleh dia yang juga menjaganya. ~



Kamis, 04 September 2014

Hanya Sebuah Karena

Aku akan beranjak dari tempat duduk semula, melangkah dan bergerak lebih jauh. Bukan karena aku lelah, tapi karena aku tau semua akan baik-baik saja meskipun tanpa aku. Ada hal yang membuat bahagia dengan mengetahui kau akan lebih bahagia dari segala apa yang kau cari dan sekarang ada dalam genggamanmu.

Ketika kau benar-benar melangkah lebih jauh dan aku pun demikian. Menghilang dan menjauh dari segala hal yang membuatmu bersusah payah. Mungkin akan terasa berbeda karena memang kenangan hanyalah hantu disudut pikir. Terkadang memang kita tidak butuh alasan untuk menjawab semua itu. Karena rasa sakit yang membuat lebih kuat.

Aku memang tidak mahir mempelajarimu, hanya dengan sisa kemampuanku. Jangan menoleh ke arahku jika memang itu terlalu sulit. Jangan berhenti melangkah, berjalanlah meski aku tak mendampingi. 

Sejarah tak mungkin dilupakan. Kau bisa menutupinya. Kau bisa menambalnya sehingga licin dan rapi. Tapi kau akan selalu tahu apa yang tersembunyi di bawahnya. Seandainya semudah itu untuk menghapusnya.

Kita pernah saling merindukan, tapi tak pernah berani saling mengungkapkan. Hening adalah satu-satunya tempat dimana kata-kataku bebas berteriak. Terkadang aku lebih memilih diam, bukan karena tak punya kata, tapi karena itu lebih mudah daripada harus menjelaskan segalanya.~



  

Rabu, 06 Agustus 2014

Selamat Jalan Gina

Pernah ngerasain gimana pas lagi sayang-sayangnya, tapi Tuhan ngambil dia kembali kepada-Nya pada saat itu juga? Sayang yang teramat sangat untuk hewan kesayangan Nabi Muhammad SAW, dia bernama Gina ~

28 Juni 2014
"Kak, Gilang bawa kucing".
"Siapa namanya?".
"Gina".

Selamat datang di Langsa Gina, di rumah atok kesayangan kita semua :) semoga betah disini. Gina adalah seekor kucing anggora-persia. Gina bayi dibeli Bunda ketika umur 1,5 bulan. Dia gak sendiri, ada kembarannya warna putih keabu-abuan, tapi Bunda lebih suka warna Gina.  Sekarang umur Gina sekitar 5 bulanan.





*foto Gina pas hari pertama di rumah atok

Sama kaya kucing lain, Gina suka sekali bermain. Entah itu bola, lidi, sampai capung yang terbang lewat di depan muka dia. Gina kalau mandi harus ke salon, karena di Langsa gak ada salon hewan, jadi Gina ke salon nanti pas balik ke Medan. Gina makannya banyak, tapi semenjak disini dia jarang makan karena makanannya dimakan sama semut. Ehh pas Gina makan, dia jadi digigitin semut. Telinga sama bagian atas mata Gina gatel-gatel, suka digarukin karena digigit sampe berdarah -__-
Gina punya bekas luka di atas kepalanya, kata Bunda waktu Gina bayi, Gina sempet jatuh. Dulu bekasnya lebih besar, sekarang udah lumayan. Bekasnnya itu ngebuat pertumbuhan rambut Gina terhambat, agak lama tumbuhnya. Tumbuhnya juga karena obat dari salon, harga obatnya mahal luar biasa padahal cuma 3 tetes.

Malam itu aku, Alfath, Abil, Gilang begadang semaleman. Karena kalau kita tidur, besok gak sanggup bangun sahur kata Bunda. Kita main diteras rumah, makan rambutan, main sama Gina. Gina main loncat-loncatan didinding karena kita gesekin lidi ke dinding. Dia kesenangan, Bunda sempat beberapa kali videoin aksi lincah Gina. Sampe akhirnya Gina pulang ke Medan karena hari senin Gilang udah masuk sekolah.





Sehari sebelum lebaran, Gina datang lagi sama Bunda juga Gilang. Senengnya luar biasa pas ketemu Gina lagi :) Kakak rindu ~

Lebaran pertama, Gina jadi primadona tamu-tamu. Bisa dibayanginlah, ehh cantik kali kucingnya? Kucing pesek ya? Anggora ya? Namanya siapa? Gigit gak? Gina terus-terusan dipegang, di ajak main sampe dia kecapekan. Tidurnya puleeesssss -______-







*moment lebaran pertama di rumah atok :)

Lebaran ketiga, Bunda sama Gilang berangkat ke Sabang buat liburan. Bunda pesan, nanti Tira liat-liat Gina ya. Ini makanannya. Besoknya aku langsung datang, Gina gak terurus gitu. Mungkin karena orang rumah juga bingung + takut kasih makan. Beberapa hari berselang, Gina kesepian gak ada temen main. Murung, gak ada yang ajak ngomong, matanya basah. Mungkin dia sedih gak ada temennya. Aku tetap bersihin kandang Gina, ganti minumnya, tambahin makannya, bersihin badan Gina, sekali-sekali aku ajakin main ke teras. Sampai akhirnya hari sabtu, aku ajakin temen aku datang ke rumah buat kenalan sama Gina :) Gina punya kakak baru ~

Minggu...
*Skip

06 Agustus 2014
Andong sama mama duduk sambil cerita pas aku datang, aku langsung duduk dan dengar kalau Gina mati hari minggu :" Shock, gak tau mau bilang apa. Pengen nangis tapi tertahan, sesak.

Hari minggu pagi Bunda sama rombongan dari Sabang singgah ke rumah atok. Ramai sekali rumah waktu itu kata andong, ada beberapa orang tua yang bawa anaknya. Gina yang jadi sasarannya, awalnya andong udah bilang jangan bawa Gina keluar. Tapi.. Udah memang segitu kebersamaan kami, Gina terlalu banyak yang pegang, dibawa-bawa, digendong-gendong, dia gak bisa telan makanan. Gilang nangis kuat waktu itu, andong langsung masuk ke kamar. Bunda juga nangis, sambil gendong Gina. "Gina bangun". Cuma itu yang bisa terucap, astaghfirullah ya Allah. Gina udah pergi.

Hari itu juga Gina dikubur di halaman rumah atok. Gina dibungkus sama handuk Gilang. Selamat jalan Gina. Gina kucing yang baik, kami semua sayang Gina. Kami bahagia memiliki Gina. Semoga kita bertemu lagi :"

*sore minggu aku kepikiran Gina terus, Gina udah pulang atau belum. Nyampe dirumah andong, Gina udah gak ada. Ohh Gina udah pulang. Tapi ternyata Gina memang udah pulang :"
Aku yang mondar-mandir dihalaman gak tau kalau aku udah bola-balik dikuburan Gina. Astaghfirullah..

Gina, mungkin bagi sebagian orang akan berpikir sepele tentang ini. Hanya seekor kucing. Tapi tidak bagi kami, keluarga kami. Kami sangat menyayangi binatang terutama kucing. Semua orang sayang Gina. Gina layaknya bayi kecil yang lucu dan manja. Gina, kakak tau Gina kesepian gak ada temen pas abang sama kakak gak dirumah atok. Gina lapar, tapi Gina harus nunggu kakak datang untuk tambahin makanan Gina di mangkuk. Mata Gina basah, kakak tau Gina sedih meskipun Gina gak bisa bilang. Gina, semoga kita bisa ketemu nanti di surganya Allah. Kita main sama-sama lagi, sama abang Alfath, abang Gilang, abang Abil, juga Bunda.







Sayang Gina :")