Tuhan, seberapa jauh lagi perjalanan yang harus aku tempuh untuk meyakini hati seseorang? Meyakini bahwa menyanyanginya sesengguhnya benar hanya karena-Mu. Bahwa semua adalah omong kosong baginya, sudah terlalu memekakkan telinga, bosan dan bahkan semua tak berarti apa-apa. Sayangnya (mungkin) hanya berlaku kepadaku. Dengan mudahnya dia tertawa dengan seseorang disana, padahal dia tahu benar bahwa seseorang lain sedang terluka disini. Kisah ini memang belum setengah abad, tapi apakah ada yang salah dari semuanya? Jika memang benar ini hanya perkara kasihan, bagaimana jika ini aku kembalikan kepadamu?
Selagi aku mampu bertahan hanya dengan berdiam diri maka diamlah. Dengan berdiam diri itu sudah mampu membuktikan aku kuat. Mungkin terlalu banyak berharap kepadamu menjadi dasar kesedihan ini. Aku tak berani menjanjikan apapun kepadamu, aku hanya bisa pura-pura tersenyum agar aku tak perlu menjelaskan mengapa aku bersedih. Bagiku, ini sudah lebih dari cukup jika dibandingkan kau harus menangisi aku.