Selasa, 18 Februari 2014

Lentera


Hari ini goresan itu kembali berbekas untuk kedua kalinya, bahkan terlajur dalam. Apa yang ada dalam benak hati? Salah siapa? Diri yang masih belum siap? Keadaan yang tidak mendukung? Atau karena dunia ada hanya untuk orang yang melihat hasilnya saja.
Dirimu bersalah, tapi apakah kepompong tak berhak untuk terbang suatu ketika nanti? Hanya melihat kulit yang terbungkus, kasar, jelek dan tak bernilai. Terlalu mengidamkan kupu-kupu sampai lupa bagaimana mereka yang lain untuk tumbuh.
Terlalu berkaca akan dirimu, masih peduli semua orang harus merasakan pahit agar tau cara menghargai perjuangan? Bahkan sampai tidak peduli, semua orang punya cara tersendiri dan jalan masing-masing.
Masihkah terus berkomentar? Hanya yang berkualitas bagus yang butuh pupuk baik?
Membiarkan sisanya hanya sebatas lirikan mata.
Ini hidup dan ini realita.~


@Tiramissyou_

Minggu, 02 Februari 2014

Bias Senja Berteman Sepi


“Ku sebut kau bintang
Semua kisah yang terangkum dalam sebuah kotak rahasia, hati”

Terimakasih jarak, kau telah menemani hari-hariku
Terimakasih waktu, kau setia untuk terus mendorongku melangkah lebih baik, dan
Terimakasih sepi, sahabat baruku dan aku menyadari hidup tak selalu “happy ending”

Kau suka senja? ; mungkin
Oh maaf, aku tak bermaksud menyakitimu
Ku pikir kau menyukainya sepertiku mengagumimu
Bolehkah aku bercerita sedikit tentang senja?
Ayolah, hanya sedikit saja
Bagaimana? Kau setuju?
Baiklah..

Kala itu, rona senja memecahkan merah
Aku bertanya, masih adakah bayanganku disana?
Menjadi aku tidak semudah seperti apa yang ada dipikiranmu
Hanyut terbawa deras ombak, terombang-ambing tanpa pegangan
Namun senja pergi begitu saja tanpa menoleh peduli seakan ia tak pernah mau kembali

Sejak saat itu aku berteman baik dengan sepi
Dia teramat baik dan aku menyayanginya
Walaupun aku tau dia tak selalu ada
Tapi ketika aku tengah berjalan sendiri, dia seolah mengagetkanku dari belakang
Mendekap erat seolah mengerti dan mengenalku sangat baik

Seiring perjalanan ini kutemukan hal baru dalam hidupku
Ada sorot lain yang menghias wajah pilu
Aku tidak mengelak, bahkan aku mengejarnya
Siapa dia? Apa aku pernah mengenalnya?
Namun sayang, waktu terlalu cepat berlalu dan aku kembali berkolaborasi indah bersama sepi
Apakah ini sebuah rasa takut? Takut kehilangan? Atau?
Entahlah..

Angin menyibak rambutku, harum
Rindu ini terlalu haru
Bagaimana melewati ini dengan mudah sementara aku tak bisa menjangkaunya?
Tetapi sepi kembali datang dengan sebuah pelukan hangat
Memberikan sepenuh hati dan kesetiaan, tidak menjamin dia yang kau sayang akan mempertahankanmu..
Benarkah?
Sekian lama aku hanya mengejar bayangan saja?

Teruntukmu yang membuatku mengenal sepi dan mengajarkanku arti memahami
Terimakasih dari hati karena tak semua hal akan berjalan baik-baik saja
Cukup belajar mengerti dengan goresan takdir sang Illahi Rabbi
Ini bingkisan Tuhan, skenario yang melibatkan kita
Bintang..

Terimakasih karna setidaknya kau telah membuatku sempat terang
Kalimat terakhirku adalah..
Masih ada harapan esok untuk mewujudkan mimpi