Mata itu bening jernih bak telaga,tuturnya lembut dan santun
menuai irama indah, tatapnya terjaga dalam tunduk dalam yg teguh. Gerakannya
seakan merantai waktu. Semua seperti melambat ketika ia hadir di sekitarku.
Pada saat itu hatiku terbetik, Duhai.. Dialah yang akan menjadi
bidadari syurgaku.
ketika semua perjanjian yang di saksikan oleh para malaikat itu
usai...
ku angkat dagu indahnya..."Umi"... begitu aku
memanggilnya.."Abi"... begitu ia menyahut lembut....
Lalu ku kecup keningnya yang bercahaya....
-----1 tahun berselang.....
Ada dering nasyid yang sangat kuhafal. "Teman Sejati"
menggema meniti tiap dinding ruang kerjaku..."umi.." gumamku..
"Ah, paling tanya makan di rumah apa tidak".. Lalu suara itu.. "
Assalamu'alaikum abi sayang.."
Enggan..
"Wa'alaikum salam mi, apa? Abi sibuk nih.."Dengan
terbata, selalu terbata akhir2 ini..
" Abi nanti malam makan di rumah?"
Tegas tergesa tak sabar ku jawab.."Belum tau 'mi, nanti abi
sms.. Udah ya. Assalamu'alaikum.."
Jawaban salamnya terdengar menghilang seiring menjauhnya telpon
dr telingaku dan keningku berkerut karna merasa sangat bosan dengan rutinitas
ini...
Satu kuntum Mawar untuk kesalahanku....
Umi, tiba larut malam, engkau masih menyambutku.. Makanan itu
masih hangat...
Aku marah.."kenapa tidak makan duluan?"
Lalu lirih jawabmu..."Abi ngga sms umi.. Jadi, umi
tunggu."
Bertambah marahku.."kan abi sering pulang telat. Kenapa
ngga makan duluan?" Tertunduk kelu lalu senyummu mengembang,"Maaf abi,
umi salah.."
Lalu engkau santap hidanganmu dalam sendiri..karna aku baru usai
makan makan di restoran Jepang yang berkaraoke itu.
-----
3 tahun berselang ...
Dalam gamismu yang terlihat kebesaran itu engkau datang padaku..
"Abi... umi kangen bunda."
Wajahku tenggelam di balik koran, menggumam..
"Jangan sekarang 'mi, abi lagi ngga punya budget."
"Maaf abi, bunda tadi tlp, lagi kurang
sehat..."Kuturunkan koranku...
"Umi, kita ngga punya uang. Tiket pulang pergi Jakarta -
Medan saja udah dua juta sendiri kan? Mengerti abi ya..".
Senyummu mengembang.. lalu lirih "Iya bi, nanti umi telpon
bunda."
------Satu kuntum Mawar untuk kesalahan ku....
"Umi, liat ini...", dengan bersemangat kukeluarkan
notebook idamanku...
"Murah 'mi, abi beruntung banget karna lagi sale.."
Senyum tipismu mengurai...."Kelihatan mahal ya
'bi.""Murah mi, setelah diskon abi cuma bayar 6.5juta... "
Deg... hatiku tersentak.. Baru kemarin aku bilang, tiket seharga
2 juta itu membebaniku...
Masih tersenyum engkau membelai pundakku hangat.."Semoga
membawa berkah ya 'bi, bisa bikin kerjaan abi tambah lancar."
Lalu engkau berlalu meninggalkan kelu yang dalam.
-------5 tahun berselang...
Masih terngiang suara ibu di ponselku siang tadi. "Arif,
kapan Maisyaroh akan memberimu anak? Sudah 5 tahun 'Rif. Kamu sehat sehat aja
kan?
Keluarga ibu ngga ada yang memiliki masalah dengan
keturunan. Cobalah ajak istrimu berobat. Jgn biarkan dia tenang2 saja.. Adik
adikmu sudah memberikan ibu cucu."
Dan masih banyak lagi dan masih panjang lagi keluh kesah itu
hampir setiap kali ibu menelpon.
Satu kuntum Mawar merah untuk kesalahanku...
Setiap kali ibu bertemu denganmu umi ku sayang,engkau dengarkan
semua tuduhan atas ketidak suburanmu. Engkau hanya mengiyakan dan
membenarkan. Tak ada terucap sedikitpun rahasia yang ku minta untuk dijaga
itu. Tak pernah kubela dirimu barang sepatah kata. Umi, seluas hatimu yang bertaburan
kasih sayang itu, engkau biarkan semua fitnah menimpamu. Tetap dengan senyummu,
engkau genggam tanganku lembut ketika tiada seorangpun yang
melihat..
"Abi, kita jalani ini semua yaa.. lanjutkan pengobatan
itu.Kita tahajud terus ya 'bi.... Berdoa yang banyak.. Sodaqohnya
dikencengin."
Akulah yang tak memiliki kemampuan untuk menyuburkan lahanmu
'mi.... Tapi engkau yang menanggung cela'an itu....Aaah....
----------------10 tahun berselang….
Malam itu, engkau mendekatiku ketika siap ku rebahkan ragaku…
“Apa ‘mi, abi ngantuk. Kalau ada yg mau dibicarakan, ya cepat.”
Setelah beberapa kali engkau menghela nafas dalam dalam, suaramu
terdengar tercekat
” Siapa Jessica, ‘bi?”
Suara itu pelan.. teramat pelan.. tapi gaungnya meluluh
lantakkan gendang telingaku.
“Maksud umi apa?!!” Suara kerasku tak mampu menutupi getar
kekhawatiranku.
Aku hanya mampu mencuri pandang pada wajah tirus itu… sangat
tirus.
Ya Allah… mengapa baru kusadari bahwa dirinya terlihat sangat
kurus.
“Tadi pagi ada telpon, ‘bi”…. Senyap… jantungku berdetam keras
menyakiti ulu hatiku.
Sekelebat kekhawatiranku tadi pagi mulai menyeruak tajam.
Ketinggalan HP di rumah adalah sebuah bencana, terlebih dalam
waktu 6 bulan terakhir.
Aku terdiam. Engkau menyeka matamu… selaput bening itu mulai
luruh…
“Begitu umi angkat, dia langsung mengucap kata itu ‘bi…..”
Sontak aku menegakkan punggungku.“Umi…. ” parau suaraku hampir
tak terdengar.
Tanganku meraih bahunya…
Tapi entah dari mana engkau dapatkan kekuatan itu, untuk pertama
kalinya dalam sepuluh tahun pernikahan kami, engkau kibas lembut rengkuhanku dan
menjauh.
“Dia bilang begini…”Morning darling Ayiiif… Jess pulang besok.
Dah kangen banget sayang..”
Kepalaku serasa membesar, udara semakin tipis di sekitar.
Lalu dia berkata, “Ayif dah booking hotelnya kan, nginep ya..
temenin Jess….”.
Seluruh darahku seperti tersirap habis seakan dicecap oleh
dinding2 yang semakin menyempit.
Lalu semua yang terkeluar dari bibirmu umi, hanya seperti gaung
yang meninggi dan menurun.
Kepalaku berputar… pandanganku mengabur…..
Putaran Waktu itu membawaku ke sebuah seminar yang mempertemukan
ku dengan Jessica,
seorang wanita karir yang sangat sukses.. dan lajang. Kecantikan
rupa dan raganya meluruhkan segala iman di dada.
Pertemuan 5 hari itu berujung pada sebuah pelabuhan yang tak
pernah ku sesali, sampai malam ini ketika untuk pertama kalinya ku lihat umi…
bidadari syurgaku.. menangis terseguk seguk.
Jangankan derai air mata…kabut beningpun tak pernah kulihat di
matanya setiap kali aku mengecewakannya….
Tapi malam ini, kesedihannya terjun bebas ke muara lautan air
mata….
Satu kuntum Mawar untuk satu kesalahan….
Dengan seluruh kekuatanku yang masih tersisa,kurengkuh tubuh
kurus itu. Aku tersengat dengan kenyataan betapa kecilnya tubuh itu…Umi… oh…
umi… apa yang telah kuperbuat terhadapmu??? Aku menangis di pundak kurusnya. Tak
mampu mengeluarkan suara, bahkan sepatah kata maaf sekalipun.
Di antara wajah mu yang basah kuyup oleh keringat dan air
mata,bidadari syurgaku menyeruak dengan kalimat yang tak pernah ingin kudengar
seumur hidupku.“Nikahi dia ‘bi… Jangan tambah dosamu lagi… umi ikhlas….”
IKHLAS… sebuah kata yang sangat engkau cintai…..IKHLAS… sebuah
kata penguat hatimu…IKHLAS… sebuah kata pelindung nestapa dan sepimu….
Umi…Di pagi itu..ku temui dirimu masih berbalut mukena satin
putih yg berenda mawar merah muda. Bersila di atas sajadah putih berhias masjid
berwarna merah lembut. Mendekap mushaf merah jambumu yang sudah begitu lusuh.
Tubuh lemahmu bersandar pada tepian pembaringan.
Rupanya… hatiku berdetak kencang.Engkau tidak tidur setelah
tahajud yang kita lalui bersama.Engkau tak terpejam seusai mengusap kepalaku,
mengecup pipiku dan menerima peenyesalan dalamku.
Engkau tidak terlelap umi…..Engkau telah pulang menuju Kekasih
Sejatimu. Melangkah ringan meninggalkan semua derita yang tak ada pupus
pupusnya.
Menyapu semua airmata kelelahanmu selama berdampingan dengan
pengabaianku.
Umi… tangisku mungkin terdengar hingga ke seluruh alam raya pagi
itu.
Bagaimana mungkin engkau meninggalkan ku ketika aku telah
berjanji untuk menanam kembali benih cinta kita, menyuburkannya dengan ibadah2
berjamaah yang terlalaikan, menyiraminya dengan berkasih sayang yang dulu
sangat kita sukai. Bagaimana mungkin engkau membiarkan ku berjalan sendiri dalam
penyesalan pekat ini???
Umi… 10 kuntum Mawar di atas pusaramu ini…
adalah ungkapan hati atas 10 tahun kesalahanku selama
berdampingan denganmu.
Indahnya takkan menggantikan kecantikan hatimu…Wanginya takkan
menggantikan keindahan akhlakmu….Segarnya takkan menggantikan keteguhan
imanmu….
Umi… 10 kuntum Mawar di atas pusaramu ini… Takkan mampu
menggantikan kekosongan hatiku….
Sebelas tahun setelah engkau pergi… Setiap minggu…10 kuntum mawar
yang ku letakkan di pusaramu…
Takkan mampu menggantikan apapun…..Takkan…. Sampai
kapanpun….karna, penyesalan itu mematri sebegitu dalam di hatiku….
Pada
akhirnya kenangan dan cerita kita.. Akan
ditulis pada lembar terakhir.. Seperti
kabut hitam yang menutupi langit cerah.. Bergeser,
digantikan dengan sambutan awan putih..
Masihkah
kau ingat seperti apa kita dulu.. Merintih
kesakitan karena di cemoohkan.. Lalu
dibiarkan berjalan sendiri ditengah kebodohan.. dan
berlaga diatas medan perang yang penuh kekacauan..
Kurindukan
saat itu.. Saat kita duduk bersama dan
bercerita di satu barisan bangku panjang.. Bercengkrama
dan saling memperhatikan.. Sayang..
kisah itu terjadi terlalu cepat.. dan
Sayang.. cerita itu ditulis terlalu pendek..
Kau bagai
petikan tali gitar merdu yang menidurkanku Kala aku
ingin memejamkan mata.. Kau adalah
cahaya lilin kecil yang menerangiku Ditengah
kegelapan malam yang mencekam.. Masihkah
kau mengingatku??
Kini kita
sudah tidak lagi dihujani oleh rintik air dari langit Sudah
tidak lagi saling menghantukkan kepala diatas tanah dan
kehilangan bau wangi dari aroma tubuh saat bangun tidur Membiarkan
dirimu lenyap tanpa menolehkan wajah ke arah ku..
“..Hati
ini tertawa dan menangis Merasa
kehilangan setelah terkenang Kau
sahabat yang hanya lewat ucapan bibir saja Tanpa
mengingat kenangan akan kebersamaan..”
Pada akhirnya kenangan dan cerita kita.. Akan ditulis pada lembar terakhir.. Seperti kabut hitam yang menutupi langit cerah.. Berges...
Sejenak Pikirkanlah
Di dunia ini, ada beberapa hal yang disebut takdir - sisanya adalah pilihan. Jangan sesali yang sudah ditentukan oleh takdir, karena tanpa kesulitan dan kesedihan, kita tidak akan benar-benar menghargai kebahagiaan.