Sabtu, 29 November 2014

Malam Minggu

Kepada kamu, yang bersedih di malam Minggu

Sudah berapa malam Minggu yang kau lewati dengan pergi entah kemana untuk mencari apa saja demi sesuap rasa yang kau sebut bahagia? Ke restoran cepat saji? Ke sebuah klub malam? Ke tempat pertunjukan musik? Atau ke sebuah taman? Kemana pun kau pergi, kupastikan tujuan akhirmu adalah pulang.
Sudah berapa malam Minggu yang kau lewati bersama orang yang (katanya) mencintaimu? Satu malam? Sepuluh malam? Tiga puluh? Lima puluh? Seratus? Siapa pun dia berapa pun malamnya, kupastikan hanya Ayah dan Ibumu lah yang paling setia menantimu pulang di beranda rumah.
Jika kau pikir bahwa dirimulah yang paling meresahkan di malam Minggu karena tak kunjung memiliki seorang kekasih, kau terlalu egois. Bahwa sesungguhnya yang paling meresahkan ketika malam Minggu adalah seorang Ibu yang menanti putri kesayangannya pulang larut malam. Atau seorang Ayah yang menunggu putra kebanggaannya kembali ke rumah tanpa cedera.
Kepada kamu, siapa saja yang (katanya) paling menyedihkan dan mengkhawatirkan di malam Minggu, terimalah surat ini dengan ukiran senyum paling indah yang kau miliki.
Salam~

Rabu, 26 November 2014

Lensa Satu Mata

Hati, telah terlatih untuk patah hati. Namun, tetap saja jatuh bukan sekali dua kali, berkali-kali menepi sendiri tanpa dapat dipungkiri.

Ada baiknya memang mencoba mundur, setidaknya sampai tanah yang basah mengering dengan sendirinya. Ada kepingan kaca yang tidak sengaja aku tabur, biar aku yang bersihkan. Tidak perlu kau memasuki lingkaran ini. Kita berbicara bukan lewat suara, hanya lewat rasa yang menguap diudara. Perlahan menetes mengaliri jalan yang berkelok. Tidak ada yang memaksa untuk bahagia, karena aku sendiri tidak tau keheningan yang melanda. Jika aku setega itu, sama saja seperti aku menyuruh seseorang yang pincang berlari ke rumah sakit, ataupun memaksa orang buta untuk menggambarkan sekelilingnya, kau yang memilih bukan aku.

Definisi aku, sangat sederhana. Seseorang yang tak ingin kau kenal, buku yang tak ingin kau baca, lagu yang tak ingin kau dengar, dan film yang tak ingin kau tonton. Aku adalah sebuah cerita yang tak pernah dipublikasikan, tapi aku adalah kebanggaan diriku. 

Ada sesuatu yang akan terus bertahan disana disaat semuanya berlalu dan berubah; kenangan. Mungkin ada yang ingin pergi diam-diam dan menangis dibawah hujan. -aku tidak suka dengan suatu keadaan dimana aku berada saat ini, tapi aku tetap diam. meski aku berbicara, ada diam yang ku simpan diam-diam-.

Semua hanya berantakan saja saat ini, tidak ada orang yang akan memahami perilaku semacam ini, tidak perlu juga orang lain tahu akan hal ini. Aku sengaja menulis dari potongan kalimat yang masih belum utuh. Siapa yang mau melarang?

~ Sebuah percakapan yang aku rasa cukup menjawab pertanyaan yang mengabu.

Nikmat apa lagi yang hendak didustakan ?

*Menepuk pundak*

Aku : Ada apa ?
Saya : Kamu nggak papa ?
Aku : Ha ? Im Fine ... hahahah emang ada yang aneh dengan aku ? Secangkir kopi dan lantunan lagu, nikmat apa lagi yang hendak aku dustakan, saudaraku ?
Saya : Hahahah kamu adalah aku, bagaimana saya tidak tahu apa yang terjadi dibalik senyumku.
Aku : .......
Saya : Kenapa kamu tidak menyapanya pagi ini ?
Aku : Aku menyapanya dalam do'a
Saya : Dan berharap dia menyapamu lebih dulu ?
Aku : Kind of ...
Saya : Hahaha katanya sahabat ? Lalu kenapa masih menyimpan gengsi satu sama lain.
Aku : Aku tidak gengsi ... Aku berani mengakui didepan dunia bahwa dia sahabatku. Aku hapal setiap perubahan kecilnya. Aku sanggup datang bahkan sebelum dia meminta. Aku selalu berusaha ada meski yang dia butuhkan hanya teman bicara.
Saya : Dan kau berharap dia melakukan hal yang sama ? Bukankah dengan cara seperti ini kamu menunggu dia meminta ?
Aku : Salahkah jika aku demikian ?
Saya : .... :) Boleh aku bertanya ? Apa beda seorang teman dan sahabat didalam dirimu ?
Aku : Sahabat berada diatas teman posisinya.
Saya : Kalau dia berada diatas teman lebih susah mana memaklumi kesalahan yang dilakukan teman atau yang dilakukan sahabat ?
Aku : ............
Saya : Apakah sahabat membutuhkan sebuah pengakuan sebagai sahabat ? Apakah sahabat harus merasa dianggap sahabat ? Bukankah yang dinamakan sahabat, berani menanggalkan semua egonya demi sahabatnya ? Bahkan melawan dunia sekalipun ? Jika kamu masih seperti sekarang ini .... jangan bilang kamu anggap dia sahabat. Bilang saja sebagai teman biasa. Memahami itu melampaui batas benar dan salah, itu yang selalu saya dengar dari mulutmu
Aku : .............
Saya : Apa yang kamu harapkan dari dunia yang mulai susah memaknai kata 'saling' ini, saudaraku ?

*Hening*

Aku : ............... Aku butuh kopi lagi. Kamu mau ?
Saya : Apa yang membuat kamu berpikir saya mau secangkir kopi ?
Aku : Karena aku tahu apa yang saya butuhkan.
Saya : Hahahahahahahah ya..ya.. ya..  bersama kamu, nikmat apalagi yang bisa saya dustakan ?

Dan seandainya hati ini telah dijatuhkan lagi, kuharap Tuhan tak akan menjatuhkannya pada yang mahir mematahkan. Lalu pergi begitu saja tanpa pernah mencoba untuk memungut kepingan hati yang telah hancur berantakan. 

Dari aku, sepotong tiramisu yang akan melumerkan berbagai rasa menjadi satu harmoni yang membuat candu; rindu~


Jumat, 21 November 2014

Secangkir Hujan (LDR)

Rindu memang selalu suka-suka datangnya. Suka tiba-tiba, direncanakan, ataupun memang sengaja diundang semesta; hujan salah satunya.

Resah yang aku lalui memang sewajarnya saja, tapi kau membuat keadaanku semakin tak baik-baik saja. Kau seakan tak ingin berpihak pada keinginan kalau kau mempertahankan hubungan kita. Aku tak ingin banyak menuntut semua waktumu, karena memang aku tak berhak meminta. Aku sadar diri akan aku yang belum sepenuhnya kau miliki, dan apalagi kau terlihat seakan tak ingin mempertahankan. 

Seandainya jarak tiada berarti .... 

Apalah jarak yang hanya bisa kita artikan dengan angka, yang menjelaskan seberapa jauhnya kau dan aku, yang menjelaskan kalau pertemuan itu butuh nominal yang tidak sedikit, yang menjelaskan sudah berapa hari, minggu, bulan bahkan tahun kita tak bertemu, dan dari sekian banyaknya angka-angka, kalau cinta yang tersimpan untukmu disana tidak butuh banyak nominal. Tat kala angka itu tak terhingga disini. Di hati.

Siapa sangka, kita bisa dipertemukan dalam kondisi cinta yang ruangannya berbeda. Kau disana dengan secangkir teh manis, untuk menemani dingin yang menyeruak di dinding kamar, dan aku disini melewati malam bersama hujan. Aku sendiri tidak mengerti hubungan macam apa yang sedang kita jalani. Kedekatan ini masih sukar aku mekarkan menjadi definisi yang lebih luas. Apakah gerangan yang ada di balik dadamu, rasa apa yang bersarang di sana, aku tidak memahaminya walau seremahan biskuit –yang berceceran di lantai—sekalipun. 

Aku tak ingin berhenti sampai disini, semua sudah terlalu banyak perjuangan yang selama ini kita lakukan. Kita hanya menunda akhir. Berusaha menambahkan hal-hal menarik yang indah untuk dikenang ketika berakhir nanti. Aku menyadari kau dan aku sama-sama menutup mata dan menutup telinga atas fakta yang ada di antara kita. Seperti yang aku katakan, kita hanya menunda waktu. Entah siapa yang akan terluka nanti. Setidaknya dalam waktu yang tertunda ini, kuharap aku bisa mengukir memori dalam pikiran dan hatimu. Kuharap dalam waktu-waktu ini kita bisa bahagia dalam rentang waktu yang terbatas. 

Lagi.
Dingin yang ku rasa bersama hujan.
Tiada senja yang menghangatkan.
Alih-alih aromamu masih tertinggal.
Padahal ragamu tak lagi tinggal.
Di mana kah kamu saat ini?


  
Sesederhana saat hujan turun dengan sendirinya tanpa ragu. Sesederhana itulah aku merindukanmu.
Jika hujan dapat mengobati rindu biarlah berlama-lama menikmatinya. ~myldrstory

Rabu, 19 November 2014

La Tahzan, Innallaha Ma’na

Terkadang, satu-satunya alasan kamu bertahan pada apa yang buatmu bersedih, adalah karena hanya hal itu yang bisa buatmu tersenyum dan tertawa. 

Sedih itu pemberian, namun larut atau tidak itu pilihan.
Akan ada hari dimana semua akan membaik.


Jumat, 14 November 2014

Mengikis Kesedihan

Ketika dia memutuskan untuk meninggalkanmu, itu bukan akhir dari kisahmu, itu hanya akhir dari bagian tentang dia dalam kisah hidupmu.

Ada sepenggal kalimat dari Tere Liye tentang bahagia dan sedih:
"Kebahagiaan dan rasa sedih itu terkadang tidak ada bedanya. sama-sama membuat tidak bisa tidur. Hanya saja rasa bahagia tidak membuat tubuh melakukan gerakan resah atau helaan napas panjang. Rasa gembira hanya membuat sesak.” 
Apa pendapatmu??

Hari ini dengan sepenggal kisah yang bikin hati sedih, cukup terusik dengan keadaan. Ya benar, hari yang diharapkan jauh lebih baik dari kemarin malah jauh dari kenyataan. Ada beberapa orang yang mungkin bisa dibilang ngebuat kecewa. Bukan perkara cinta, tapi masih berkutat masalah hati. 
Sedih memang kalau udah tahu sesuatu itu gak mungkin, tapi tetap aja usaha untuk pertahanin, masih aja terbuai dengan rasa sakit, dan gak ada satu orang pun yang peduli. Mungkin bukan jadi yang pertama ketika dicari, tapi setidaknya aku ada ketika mereka membutuhkan diakhir pengharapan mereka. Sesederhana itu.

Sedih itu sederhana, saat orang lain menggantikan posisimu dihati temanmu. Aku yang melihatmu, memperhatikanmu, dan mengertimu. Tapi masih saja dianggap tidak ada. Sedih memang, binar matamu tak lagi untukku. Tersenyum bukan karenaku, karena orang lain telah mencuri hatimu dari genggamanku.

Ah lupakan. Ini hanya luapan yang tak kunjung berakhir. Sedih hadir karena apa yang kita tidak harapkan terjadi atau apa yang kita harapkan tidak terjadi. Sedih itu pilihan. Kita yang memutuskan apakah kita harus berhenti di sini. Menangis. Atau kembali tersenyum dan terus jalani hidup ciptakan harapan-harapan baru. Baik atau buruk, bahagia atau sedih, segala yang terjadi dalam hidupmu adalah untuk mempersiapkan dirimu menjadi lebih baik. Semua tidak ada yang sia-sia.


Rabu, 12 November 2014

Sedikit Tentang Ini

Kita punya dunia sendiri yang kita sama sekali gak bisa berbagi dengan orang lain, sekalipun dia adalah orang yang sangat berharga. Alasannya gak semua hal bisa kamu sharing ke orang lain karena terkadang ada hal yang cukup kamu aja yang tau. Ada.

Aku menulis karena aku pelupa. Tapi yang ku tulis terkadang bukan aku. Tak perlu mempercayai ini secara berlebihan. Nyatanya, aku masih anak kecil yang masih salah dalam mengeja. Kosakata yang ku miliki belum banyak, jadi aku masih suka salah sebut kalau menurutku bagus, padahal tidak dan bahkan merusak kalimatnya. Aku anak kecil yang masih sering jatuh ketika melangkah, berusaha bangun tanpa menangis sakit. Terkadang minta dituntun agar tidak terjatuh oleh mereka yang sudah berlangkah lebar. Emosi yang tidak stabil, mengeluh dalam hari yang ku jalani, badmood yang bisa saja terjadi berkali-kali. Sesekali aku memasang ekspresi seram agar mereka tak berani membuatku semakin geram, atau bahkan aku tahan dalam waktu yang cukup lama dalam diam. Aku juga masih anak kecil yang punya amat-sangat-banyak mimpi untuk diwujudkan. Saat ini, baru sejumlah hitungan jari yang bisa kujadikan nyata. Tenang saja, aku tidak akan menyerah untuk mewujudkan yang lainnya. Aku memang anak kecil, yang tanpa kalian sadari bahwa kini aku mulai beranjak dewasa.

Sabtu, 08 November 2014

Trilogi Pohon, Daun, dan Angin

"DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?”

POHON
Alasan mengapa orang-orang memanggilku “Pohon” karena aku sangat baik dalam menggambar pohon. Setelah itu, aku selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua lukisanku. Aku telah berpacaran sebanyak 5 orang wanita ketika aku masih di SMA.
Ada satu wanita yang aku sangat aku cintai, tapi aku tidak punya keberanian untuk mengatakannya. Dia tidak memiliki wajah yang cantik, tubuh yang sexy, dan sebagainya. Dia sangat peduli dengan orang lain dan religius. Tapi dia hanya wanita biasa saja.
Aku menyukainya, sangat menyukainya, menyukai gayanya yang innocent dan apa adanya, kemandiriannya, aku menyukai kepandaiannya dan kekuatannya.
Alasan aku tidak mengajaknya kencan karena aku merasa dia yang sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku juga takut, jika kami bersama semua perasaan yang indah ini akan hilang. Aku juga takut kalau gosip-gosip yang ada akan menyakitinya. Aku merasa dia adalah “sahabatku” dan aku akan memilikinya tiada batasnya dan aku tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia.
Alasan yang terakhir, membuat dia menemaniku dalam berbagai pergumulan selama 3 tahun ini. Dia tau aku mengejar gadis-gadis lain, dan aku telah membuatnya menangis selama 3 tahun.
Ketika aku mencium pacarku yang kedua, dan terlihat olehnya. Dia hanya tersenyum dengan berwajah merah dan berkata “lanjutkan saja…” dan setelah itu pergi meninggalkan kami. Esoknya, matanya bengkak, dan merah…
Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis, but aku tertawa dengannya seharian. Ketika semuanya telah pulang, dia sendirian di kelas untuk menangis. Dia tidak tahu bahwa aku kembali dari latihan sepakbola untuk mengambil sesuatu di kelas, dan aku melihatnya menangis selama sejaman.
Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya. Pernah sekali mereka berdua perang dingin, aku tahu bukan sifatnya untuk memulai perang dingin. Tapi aku masih tetap bersama pacarku. Aku berteriak padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget. Aku tidak memikirkan perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku. Esoknya masih tertawa dan bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya. Aku tahu bahwa dia sangat sedih dan kecewa tapi dia tidak tahu bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia, aku juga sedih.
Ketika aku putus dengan pacarku yang ke-5, aku mengajaknya pergi. Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga ada sesuatu yang ingin dia katakan padaku. Aku cerita padanya tentang putusnya aku dengan pacarku dan dia berkata tentang dia sedang memulai suatu hubungan dengan seseorang. Aku tahu pria itu. Dia sering mengejarnya selama ini. Pria yang baik, penuh energi dan menarik.
Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakitnya hatiaku, tapi hanya bisa tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika aku sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat dan aku tidak dapat menahannya. Seperti ada batu yang sangat berat di dadaku. Aku tak bisa bernapas dan ingin berteriak namun tidak bisa.
Air mata mengalir dan aku jatuh menangis. Sudah sering aku melihatnya menangis untuk pria yang mengacuhkan kehadirannya.
Ketika upacara kelulusan, aku membaca SMS di handphone-ku. SMS itu dikirim 10 hari yang lalu ketika aku sedih dan menangis.
SMS itu berbunyi, “Daun terbang karena Angin bertiup atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal?
  

DAUN
Selama SMA, aku suka mengoleksi daun-daun, kenapa? Karena aku merasa bahwa daun membutuhkan banyak kekuatan untuk meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali.
Selama 3 thn di SMA, aku dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tapi “Sahabat”. Tapi ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah aku pelajari sebelumnya, CEMBURU. Perasaan di hati ini tidak bisa digambarkan dengan menggunakan Lemon. Hal itu seperti 100 butir lemon busuk. Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka putus, aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Tapi sebulan kemudian dia bersama seorang gadis lagi.
Aku menyukainya dan aku tahu bahwa dia juga menyukaiku, but mengapa dia tidak mau mengatakannya? Sejak dia mencintaiku, mengapa dia tidak yang memulainya dulu untuk melangkah? Ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku selalu sakit. Waktu berjalan dan berjalan, hatiku sakit.
Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan, tapi mengapa dia memperlakukanku dengan sangat baik di luar perlakuannya hanya untuk seorang teman?
Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati, aku tahu kesukaannya, kebiasaannya. Tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa diketahui. Kau tidak mengharapkan aku sebagai seorang wanita untuk mengatakannya bukan?
Di luar itu, aku mau tetap di sampingnya, memberinya perhatian, menemaninya, dan mencintainya. Berharap, bahwa suatu hari, dia akan datang dan mencintaiku. Hal itu seperti menunggu telponenya setiap malam, mengharapkannya untuk mengirimku SMS. Aku tau sesibuk apa pun dia, dia pasti meluangkan waktunya untukku. Karena itu, aku menunggunya. 3 tahun cukup berat untuk kulalui dan aku mau menyerah. Kadang aku berpikir untuk tatap menunggu. Luka dan sakit hati, dan dilema yang menemaniku selama 3 tahun ini.
Ketika diakhir tahun ke-3, seorang pria mengejarku, dia adalah adik kelasku, setiap hari dia mengejarku tanpa lelah. Dari penolakan yang telah dia tunjukkan, aku merasa bahwa aku ingin memberikan dia ruang kecil di hatiku.
Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon. Akhirnya, aku sadar bahwa aku tidak ingin memberikan Angin ini ruang yang kecil di hatiku.
Aku tau Angin ini akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh dan ke tempat yang lebih baik. Akhirnya aku meninggalkan Pohon. Tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal, aku sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku.
Daun terbang karena Angin bertiup atau Pohon tidak memintanya untuk tinggal?”

ANGIN
Karena aku menyukai seorang gadis bernama Daun, karena dia sangat bergantung pada Pohon, jadi aku harus menjadi Angin yang kuat.
Angin akan meniup Daun terbang jauh. Ketika aku pertama kalinya, ketika 1 bulan setelah aku pindah sekolah. Aku melihat seorang memperhatikan kami bermain sepakbola. Ketika itu, dia selalu duduk di sana sendirian atau dengan teman-temannya memerhatikan Pohon. Ketika Pohon berbicara dengan gadis-gadis, ada cemburu di matanya. Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di matanya. Memperhatikannya menjadi kebiasaanku, seperti daun yang suka melihat Pohon. Satu hari, dia tidak tampak, aku merasakan kehilangan.
Seniorku juga tidak ada saat itu, Aku pergi ke kelas mereka, melihat seniorku sedang memperhatikan daun. Air mata mengalir di mata daun ketika Pohon pergi, besoknya, aku melihat Daun di tempatnya yang biasa, memperhatikan Pohon. Aku melangkah dan tersenyum padanya. Menulis catatan dan memberikan kepadanya. Dia sangat kaget.
Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima catatanku. Besoknya, dia datang, menghampiriku dan memberiku catatan. “Hati Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa meniupnya pergi, hal itu karena Daun tidak mau meninggalkan Pohon.” Aku melihat ke arahnya dengan kata-kata tersebut dan pelan dia mulai berkata padaku dan menerima kehadiranku dan teleponku.
Aku tahu orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku akan berusaha agar suatu hari dia menyukaiku. Selama 4 bulan, aku telah mengucapkan kata Cinta tidak kurang dari 20 kali kepadanya. Setiap kali dia mengalihkan pembicaraan… tapi aku tidak menyerah, aku memutuskan untuk memiliki dia dan berharap dia akan setuju menjadi pacarku.
Aku bertanya, “apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak pernah membalas?” Dia berkata, “aku menengadahkan kepalaku”.
“Ah?” Aku tidak percaya apa yang aku dengar.
“Aku menengadahkan kepalaku” dia berteriak.
Aku meletakkan telepon, berpakaian dan naik taxi ke tempat dia, dan dia membuka pintu, aku memeluknya kuat-kuat.
“Daun terbang karena tiupan Angin atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal”.

filsafat POHON, DAUN dan ANGIN sangat menarik memang. Jika harus memilih, kamu memilih menjadi apa? pohon yang tangguh kah? daun yang ikhlas kah? atau angin yang kuat kah?
jika kamu memilih pohon, kamu bisa digambarkan sebagai sosok yang tangguh dan mampu melindungi. sosok yang akan beridiri tegap, sekalipun daun yang dicintainya jatuh berguguran diterbangkan angin. sepanjang usianya, ia akan tetap bertahan, tersenyum kembali ketika ada pucuk-pucuk baru yang tumbuh di ujung-ujung ranting rapuhnya.
jika pilihanmu adalah daun, maka kamu pastilah sosok yang rapuh. namun, kelebihannya daun cenderungtak menangisi nasibnya. Sekalipun angin kencang pun menerbangkannya dan membawanya pergi dari nanungan sang pohon, toh daun tidak pernah marah atau dendam pada angin. Ia pun merelakan dirinya diterbangkan dari pohon yang telah memberinya tempat bernaung.
Angin adalah cerminan sosok yang berani dan realistis. dia akan menerbangkan apapun yang ia mau dan membawa pergi siapapun yang layak ia bawa. Apakah itu berarti angin kejam. tidak selalu, terkadang, angin menerbangkan daun kering merah di musim gugur yang sudah tak nyaman lagi berada di pohon. dengan terbangnya daun, pohon pun dapat mempertahankan hidupnya selama musim gugur.
well, That's what I know about these three elements. what do you think? which elements are you belong to?  

 #Repost

Rabu, 05 November 2014

Make A Wish (Dandelion)

Tuhan, semoga aku bisa mendapatkannya. ~
 

DANDELION :)

Mungkin tidak banyak orang yang menganggap keberadaan dandelion, karena bunga tersebut seringkali diabaikan. Tapi Dandelion mampu bertahan dalam segala cobaan. Walaupun bentuknya tidak seindah mawar merah, mungkin tidak harum seperti bunga melati. Tapi Dandelion dengan tangkai kecilnya yang sederhana. mampu memberikan banyak arti dalam kehidupan ini. Bisa memberikan kehidupan baru.

Seiring waktu berjalan, bunga dandelion terus menumbuhkan bunga kecil di tubuhnya. Kemudian bunga-bunga kecil tersebut, akan terbang tinggi dan jatuh dan tumbuh di tempat baru yang mereka singgahi. Dengan semua kepasrahannya untuk melepaskan bunga-bunga kecil terbang ke udara untuk kembali memberikan kehidupan yang baru. Kemudian ketika mengering, dandelion akan kembali tumbuh menjadi bunga yang lebih besar lagi. Setahap demi setahap. Itulah kehebatan Dandelion, yang bisa memberikan kehidupan di tempat baru. Dan sifatnya abadi.

Sosok Dandelion, adalah kuat meskipun tampak rapuh, tapi memiliki misi yang luas, dalam memberikan kehidupan baru di luar sana. Mampu terbang tinggi, menjelajah luas menentang angin, sampai akhirnya mendarat di tempat baru kemudian tumbuh menjadi jiwa yang baru.
 
Berjanjilah, kamu akan menjadi seperti serbuk Dandelion yang terbawa angin, yang mampu terbang tinggi dan menjelajah angkasa, tetap berusaha untuk mengejar dan menggapai cita-cita yang mungkin akan berbatu-batu jalannya, memperjuangkannya, tidak berhenti untuk mengejarnya dan percaya akan ada kebahagiaan dimanapun ia berada.
 

Jangan takut untuk bermimpi menjadi apa yang di inginkan, setinggi mungkin. Jika kita berusaha maka kita akan mendapatkan benihnya.
 

Ada Saatnya Menyendiri

Menyendiri bukan pelarian. Rasul shalallaahu ‘alaihi wasallaam pun perlu menyendiri. Untuk merenung, untuk menghadap kepada Yang Mutlak. Karena itu engkau perlu suatu saat. Untuk menyendiri. Untuk merenung, untuk menghadap kepada Yang Mutlak.

Mereka ingin kamu selalu bersama, tetapi mereka juga tidak mau menerimamu apa adanya. Kamu tahu itu, dan karena itu kamu berkompromi selama ini. Menjadi dirimu yang bukan dirimu, melainkan menjadi dirimu sebagaimana mereka mau. Kamu, yang bukan kamu, tetapi juga bukan mereka. Batinmu selalu berteriak tentang hal itu.

Karena itu sesekali pergilah menyendiri. Tak perlu selamanya, karena hanya orang terlalu kaya yang mempunyai kewenangan menyendiri selamanya. Tidak perlu terlalu lama juga, karena mayat pun bosan berlama-lama di kubur jika tidak ada malaikat bersamanya (semoga bukan untuk menyiksa melainkan untuk menemaninya).

Minggu, 02 November 2014

Seorang Kakak

Dari sekian yang pernah hadir.

Rasanya senang kali kalau liat anak-anak ketawa, ngelakuin hal-hal konyol gak jelas. Ada harapan dimatanya, berjuang untuk masa depan dengan cara yang mereka pilih. Dimanapun, kapanpun. Asal udah liat anak-anak pasti rasanya pengen jadi tempat mereka untuk berbagi.

*Ini sebenarnya gak pas gitu kalau ditulis disini, tapi gak apalah. Buat yang baca tulisan ini, baca aja. Gak perlu komentar, cukup senyum haha.

"adek gak sayang kakak kan?" 
"ehh, sayang kok"
~ ini sepenggal celotehan pas tadi pagi sama Zuhra.

Rasanya pengen kali punya adek lagi, apalagi cewek :3 karena anak mama cuma dua. Punya adek, itu juga cowok. Alasannya simple, pengen ikatin rambut adek cewek. haha konyol -_- tapi ini cita-cita loh. Sebenarnya Tuhan bukan gak sayang, Tuhan udah datangin dua orang adek perempuan untuk sang kakak. Tapi karena jarak, jadi susah komunikasinya. Yang satu di Lhoksemawe, yang satu jarang ketemu.

Suka senang kalau liat kakak sama adeknya main bareng. Jalan-jalan, ketawa-ketawa, akur gitu. Gak iri, tapi rasanya rindu aja. Susah memang kalau nuntut yang bukan hak kita, belajar bersyukur atas semua yang Tuhan kasih. InsyaAllah, Tuhan sayang lebih :)

Teruntuk sosok kakak diseluruh penjuru dunia. Semoga belaian kasih sayang seorang kakak terus mengalir, terukir dalam jiwa, menghangatkan raga. Mereka tidak menuntut banyak hal, cukup dengan sentuhanmu, mereka akan lebih baik memaknai hidup.



Dari sudut hati seorang kakak