Sabtu, 20 Desember 2014

Understand Me

Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu. (Ali bin Abi Thalib)

 image

Saya sudah beberapa kali mendengar kalimat ini, dan kembali lagi saya tertarik untuk me-repost ulang. Ini sudah cukup jelas menggambarkan keadaan yang seharusnya cukup dipahami dalam diam tanpa perlu dipertanyakan kejelasan.

Terkadang untuk menjadi seorang pemerhatimu, aku tak perlu selalu berbicara denganmu.
Karena terkadang, alam mendukungku untuk memperhatikanmu.
Terkadang alam memberi isyarat kepadaku segala tentang dirimu.
Hingga ketika kita bertemu, kau tak perlu berkata apapun.
Kurasa aku mengerti dirimu.
Mungkin terlihat begitu cepat aku menyimpulkan aku mengerti dirimu.
Tapi setidaknya aku berusaha untuk selalu mengetahui keadaanmu.

Maaf jika melukai, Tuan. 
Entah harus bicara mulai dari yang mana.
Tuan, semoga kau mengerti dan paham jalan pikiranku tanpa harus aku jelaskan padamu.
~

Kamis, 11 Desember 2014

Peri Di sudut Matamu

Bolehkah kali ini aku sedikit bermain peran? Aku ingin menjadi peri disudut matamu. Aku ada diantara kelopak mata dan sesekali aku bergelantungan pada bulu matamu. Aku akan melihat apa yang kau lihat, bedanya mungkin kau akan kesulitan melihatku. Jangan berkedip terlalu cepat, aku hampir jatuh. Kau tidak keberatan kan? Aku sudah sangat kecil, pasti kau tidak lagi merasa berat; keberatan. Kau bebas melakukan apa saja, karena aku tidak akan mengganggumu. Begini. Bisakah kau tidak menangis? Kumohon, ayolah. Usahakan tidak ada air mata yang keluar dari matamu, tidak berkaca-kaca atau basah oleh air mata. Maaf kalau ini membuatmu sedikit terkejut. Air mata akan membuatku kedinginan, lama kelamaan aku akan memudar dan terbunuh. Air matamu begitu berharga, ku mohon mengertilah. Aku bersamamu hanya beberapa waktu, dan ketika saatnya tiba aku akan menghilang dengan sendirinya tanpa kau sadari. Ah lupakan tentang perpisahan itu.
Hey, jangan menggosok matamu terlalu kencang. Sayapku hampir robek dan patah. Kau tidak kasihan melihatku jika tak lagi bisa terbang? Kau tahu, aku mempunyai mahkota di kepalaku, ini pemberian ibu peri ketika aku masih kecil. Walaupun sampai detik ini aku tetap saja kecil, tidak perlu membayangkan dulu aku sekecil apa. Aku tetap kecil bagaimanapun keadaannya. Mahkotaku berwarna perak, ada ukiran namaku diantara batu permata pada mahkota. Mungkin kau harus melihatnya dengan microskop atau dengan alat-alat lain yang bisa digunakan. Ini sangat menakjubkan. Kau menginginkannya juga? Maaf aku hanya punya satu, mungkin suatu hari kau akan mendapatkannya juga dari seorang pangeran.
Apa yang kau lihat? Sebentar, kau sedang melihat anak kecil yang menangis karena es krimnya jatuh? Tidak tidak, sepertinya kau sedang melihat sekumpulan remaja yang sedang bermain sepatu roda. Apa?? Aku salah lagi. Oh ya, aku tau. Kau melihat pemuda berkaca mata itu kan? Benar, aku tidak mungkin salah. Hey apa itu? Sebuah senyum untukmu? Dari pemuda itu? Dia memang manis menurutku, penampilannya cukup menarik. Kau tidak ingin membalas senyumnya? Kenapa kau menunduk? Cuaca disini semakin dingin ya, apa kau tidak berencana pulang? Menyeduh coklat panas atau memakan semangkuk sup. Sepertinya itu lebih baik, dan aku semakin kedinginan. Kau menangis? Ini bukan karena cuaca, kau menangis. Ada apa? Aku terlalu banyak berbicara atau aku terlalu mengganggu waktumu?
Aku tau tanpa perlu kau jelaskan. Pemuda yang duduk disana memang tersenyum, tapi bukan kearahmu. Kau adalah tembok antara dia dan wanita dibelakangmu. Tepat sekali, aku yakin itu. Tapi, bisakah kau tidak menangis lagi? Aku mulai memudar, aku ingin tetap menemanimu. Pergi saja dari tempat ini, setidaknya disaat kau kehilangan dia, kau masih memiliki aku sebagai tempat berbagi. Aku tidak akan terlalu banyak bercerita, atau apapun yang membuatmu bersedih. Ayolah pergi dari sini, karena sebentar lagi aku akan terbunuh dengan air matamu.


~ sederhana; saja. aku takut terlalu dekat yang semakin lekat. karena itu akan menyakitimu.

Sabtu, 06 Desember 2014

Dibelakangku

Kau peluk aku sebelum membunuhku
Tersenyum melihatku merenung melihatmu
Kau menungguku menunggu ku terjatuh
Setiap langkah tertuju setia dalam renungku

Ini sebuah lirik lagu yang mungkin orang-orang udah lupa. Dibelakangku, salah satu lagu Peterpan di Album Bintang Di Surga berhasil menyayat hati. Hiks. Entah ya saya kok agak lumayan yakin, banyak orang yang kadang udah lupa sama lagu-lagu zaman baheula, bisa jadi karena perkembangan zaman yang nuntut penikmat musik untuk terus maju. Misalnya aja seseorang akan ketinggalan zaman kalau gak hapal lirik lagu zaman sekarang. Hmm, bisa jadi. Coba deh buka referensi lagi lagu-lagu dulu, kalau bingung mau nyari lagu apa. Coba aja cari lagu ini, Peterpan - Dibelakangku. Kalau saya pribadi, saya suka musiknya dan segala elemen-elemen yang terkait didalamnya. Saya memang bukan sahabat peterpan, tapi saya adalah penikmat musik.

Baca ini, pahami, pelajari...

Jangan berjalan didepanku, karna kau bukan pemimpinku.
Jangan berjalan dibelakangku, karna aku bukan pemimpinmu.
Berjalanlah disampingku, karna kamu sahabatku
.

Saya bingung harus nulis apa lagi, karena saya masih terus menikmati syair ini.


~ Aku tetap seperti ini, tak terlihat disorot matamu. Dan kamu selalu fokus pada yang ada dibelakangku, mataharimu.

Jumat, 05 Desember 2014

Tajwid Cinta

Saat cinta bertajwid, tahukah kau ia akan begitu mesra dan mempesona.

Laksana ayat-ayat-Nya yang melantun indah jika engkau baca dengan tartil.
Saat awal bertemu, Ibarat menatap saktah. Aku hanya mampu terpanah dan menghentikan nafas sejenak
Layaknya huruf tarqiq lam tanpa jalalah, ada rasa tipis dan halus menyusup di jiwaku
Selanjutnya Ibarat huruf-huruf isti’la rasa itu menebal dari waktu ke waktu
Seumpama Fawatihus Shuwar yang tersenandung merdu namun pernuh misteri 
Laksana Alif Lam Mim, Saat itu ku pikir hanya Tuhan yang tahu tafsirmu 
Maka awalnya, aku hanya berharap agar bisa mengeja namamu dengan tartil
Namun bagaimanapun kau adalah ayat kauniyah-Nya yang selalu membuat penasaran Aqliyah ku  .
Maka izinkan aku untuk belajar tentang hukum-hukum cinta-Nya kepadamu
Meski aku di matamu mungkin bagaikan nun mati di antara idgham billagunnah. terlihat tapi dianggap tak ada.
Akan Ku ungkapkan maksud dan perasaanku seperti Idzhar Halqi yang jelas dan terang
Jika nun mati bertemu ba disebut Iqlab, maka jika aku bertemu dirimu, itu kusebut cinta
Cinta yang Seumpama Nun mati diantara dua Mim yang hilangkan jarak diantara kita
Sejenak kita bertemu pandang, lalu tiba - tiba semua seperti Idgham mutamaatsilain,­ melebur jadi satu
Sama halnya dengan Mad ‘aridh yang jika bertemu lin sukun aridh akan berhenti, seperti itulah pandanganku padamu
Kau dan aku seperti Idgham Mutajanisain, perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya tapi berlainan sifatnya
Selanjutnya Laksana Idgham Kamilah, ia Menyatu dengan  sempurna
Cintaku padamu seperti Mad Wajib Muttasil, paling panjang di antara Mad yang lainnya
Ibarat Mad Lazim, mencintaimu terasa wajib untuk diperpanjang 6 harakat
Meski perhatianmu terlihat seperti alif lam syamsiah, ku baca samar ibarat bintang Surius yang hadir bersama Mentari  
Cintaku padamu seperti alif lam Qomariah, terbaca jelas layaknya Purnama diantara Rasi  bintang selatan
Laksana huruf Tafkhim, namamu tercetak tebal di pikiranku
Ibarat bertemu Mim Bertasydid, Suaramu senantiasa mendengung meresonansi Jiwaku
Seumpama Qolqalah Kubra, Bayang-banyangmu mengema keras di dinding hatiku
Semoga cinta kita ini seperti idgham bilagunnah, cuma berdua, lam dan ro’
Seperti Hukum Imalah yang dikhususkan untuk Ro’ saja, begitu juga aku untukmu.
Layaknya Ta’anuqul Waqaf , engkau hanya boleh berhenti di salah satunya. DIA atau aku
Aku harap cinta kita seperti waqaf lazim, berhenti sempurna hingga akhir hayat.
Semoga seperti mad aridh liy sukun yang menjadi pertama di surah Al-Fatihah  dan mengakhiri Surah An-Nass  
Puisi tajwid cinta ini pasti akan berakhir, namun hukum-hukumnya akan tetap abadi
Begitupun aku yang akan senantiasa mentartilkan namamu setelah kata cinta hingga akhir nafas
Sebab Membaca Al-Qur’an dengan tajwid adalah Hukumnya Fardhu Ain
Maka mari belajar tajwid dengan cinta
Semoga muara cinta kita ini adalah cinta-Nya 

Catatan: Puisi bebas ini adalah penyempurnaan dengan perbaikan, pengembangan dan penambahan dari puisi yang sebelumnya telah dipos oleh anonim pada Islam Pos