Rabu, 14 Mei 2014

Saat Itu Akan Tiba (Lelah)



Aku telah berharap, semoga tulisan ini tidak ada lagi. Bukan berarti aku berhenti menulis, tapi untuk segala hal yang membuat otak dan hati sulit untuk bersatu.
Hari ini, seperti biasa. Pagi diawali dengan biasa. Semua serba biasa. Tidak, maksudku bukan begitu ibu peri. Aku hanya ... sedikit lelah.
Aku lelah, terlanjur lelah. Aku tau, ini memang tidak ada dicatatan awal. Ini murni kesalahanku, aku bersalah. Aku hanya sedikit ingin menceritakan apa yang aku lihat dan aku rasakan. Kau tidak perlu sibuk mencari solusi, aku hanya butuh pendengar setia. Duduklah didekatku jika kau ingin mendengarnya. Semoga kau terus mendengar sampai kalimat terakhir dari ceritaku.


Ada beberapa hal yang mengganggu pikiran. Semenjak beberapa hari yang lalu. Aku merasa aku terlalu banyak bercerita. Aku seperti ingin terus bercerita, segala hal dan bahkan hal yang seharusnya tidak aku ceritakan. Lalu apa masalahnya? Aku bersalah, aku tidak seharusnya melakukan itu. Bukan perkara gengsi ibu peri, kumohon. Percayalah. Aku tidak mengerti bagaimana jalan pikiranku saat itu dan bahkan saat ini.
Aku mungkin cukup berhasil dalam hal mendewasakan diri. Lebih tepatnya membiasakan diri untuk bersikap dewasa. Tapi terkadang semua itu bisa langsung berubah hanya karena sedikit ucapan dan perlakuan. Mood ini langsung jelek, bahkan hancur. Setiap malam aku terus sibuk memikirkan hal itu, dan kau tahu ini sangat mengganggu jam istirahatku.
Jika aku telah dewasa, apakah mereka juga melakukan hal yang sama denganku? Aku harap begitu. Bukan pamrih, tapi haruskah aku berjuang hanya dari sisiku saja? Sedangkan mereka? Inilah yang terus menjadi aspek yang sangat mengganggu pikiran sampai detik ini. Aku tidak tau pasti, apakah aku yang pamrih atau bahkan aku telah jera sehingga muncul perasaan dendam? Astaghfirullah.
Aku lebih memilih diam, walaupun aku tau ini bukan hal yang biasanya ku lakukan. Kau tau, ternyata ada salah seorang temanku yang memperhatikan gerak-gerikku. Oh tidak, apa yang telah aku lakukan?


Sejujurnya aku lelah mengingat hal ini lagi, aku ingin menulis dan secara tidak langsung aku harus memutar kembali hal-hal yang sebenarnya sudah tak ingin ku ingat.
Teruntuk teman yang mengganggapku sepele. Bisakah kau menghargai orang lain? Begitu sulitkah hingga kau hanya melihatku dari sudut matamu. Apa yang kau lihat? Kau sepele terhadapku, itu berarti kau juga sepele terhadap dirimu sendiri. Kau tidak bisa menerima kekurangan orang lain, sudahkah kau bersyukur atas dirimu sendiri? Tanya hatimu.
Teruntuk teman yang membanding-bandingkan aku dengan yang lain. Apa tujuanmu melakukan itu? Kau merasa hebat? Kau berharap kau yang terbaik? Aku hadir bukan untuk dibanding-bandingkan. Aku juga tidak akan mau. Aku bukan pilihan, aku adalah aku. Kau tidak berhak menentukan hidupku.
Teruntuk teman yang hanya bisa berkomentar. Sudah sampai mana cerita yang kau bahas? Sampai bagian mana pengetahuanmu tentang aku? Sudah tahu betul bagaimana hal-hal yang menyangkut tentang aku? Kau hebat, hebat sekali karena hanya menilai dari apa yang terlihat. Kau tidak mengenal baik siapa aku, pantaskah kau berkomentar?
Teruntuk teman yang ada disekitarku. Aku tidak berharap banyak, aku hanya ingin kau belajar bagaimana cara menghargai orang lain. Jika itu terlalu sulit, belajarlah bagaimana cara menghargai dirimu sendiri dan kau akan mengerti.
Teruntuk teman yang menjadikan aku ada. Terimakasih atas segala yang telah kau perjuangkan. Terimakasih telah menjadikan aku istimewa menurut versimu. Terimakasih untuk semua yang mungkin aku tidak bisa jelaskan dan bahkan hal yang tidak aku tahu sebelumnya.
Aku selalu belajar, bukan hanya hari ini saja bahkan sejak aku dilahirkan ke dunia. Aku juga belajar bagaimana merasakan, menggenggam dan membaca keadaan. Untuk itu, aku sangat menghargai temanku.


Tulisan ini memang tidak bagus, aku juga tidak berharap banyak. Aku tidak meminta seseorang untuk membacanya, tapi semoga ketika siapa saja yang membaca ini mereka jauh lebih baik dari aku. Aku hanya ingin dihargai dan tidak disepelekan. Karena kita hidup bukan untuk tujuan negatif. Kau yang membaca ini adalah semoga menjadi orang yang beruntung, setidaknya kau akan menjadi lebih baik.
Maaf ketika aku telah menaruh diam. Karena bagaimanapun keadaannya, ketika saatnya telah tiba kau akan kembali ke titik jenuhmu dan kau akan lelah. Diamlah, dan kau akan mengerti. Ingatlah, ketika kau menyepelekan orang lain, ketika kau menganggap mereka tidak ada, ketika mereka hanya terlalu sibuk memikirkanmu dan memperhatikanmu tapi kau tidak melihat itu semua, maka ketika masanya telah habis kau akan menyesal karena kau telah menyia-nyiakan mereka. Bersyukurlah kau disenangi. Bersyukurlah karena kau telah memberi energi positif untuk mereka. Bersyukurlah teman.
Ibu peri, bisakah mereka menyenangiku? Jika tidak bisa, aku yang akan memberikannya untuk mereka.
Ibu peri, terimakasih kau telah mendengar ceritaku. Aku berharap kau tidak akan pernah pergi. Tetap tersenyum untukku. Aku tidak meminta banyak, aku hanya ingin kau mengingat dan tersenyum atas segala hal yang telah aku perjuangkan untukmu, sekalipun itu hanya setangkai mawar kecil merah muda.


Whatever you wanna do. Do your best ~

2 komentar:

Wanda Darmawan mengatakan...

banyak org yg prduli tp yg diperdulikan malah tdk prnah mau mendengarkan. apa rasanya??
menjadi peduli adalah tantangan. tetap semangat aja.. :)

karena jika kita tdk mndptkan apa yg disukai maka belajarlah untuk mencintai apa yg didapat..

Fintas Tritayomi mengatakan...

"Aku hanya ingin kau mengingat dan tersenyum, atas segala hal yang telah aku perjuangkan untukmu" ~Aku adalah Aku~ :) :(

Posting Komentar