Senin, 16 Juni 2014

Surat Cinta Senjaku

Senja, bacalah surat cintaku ini dengan sepenuh hati. Rasakanlah aku mengalir disetiap aliran darahmu, menghangatkan hatimu dan bayangkan aku disisimu.

"Selamat malam Senja.

 Apa kabarmu? Tampaknya kau sedang tidak baik. Beberapa hari ini kau tak tampak anggun dengan jinggamu. Kau abu-abu. Bahkan hari ini kau menghitam. Mengapa? Mengapa kau biarkan musim hujan merenggut indahmu?

Maaf teruntuk kau yang tak pernah tersapa oleh angin. Aku bahagia mengenalmu, memahami dari hati ke hati. Aku mungkin bukan yang terbaik yang kau miliki, tapi aku bahagia memilikimu.

Aku merindukanmu, senja. Merindukan saat aku merangkai kata demi kata dalam luapan emosi.  Bisakah kita bersama lagi? Aku tidak mengerti bagaimana caranya aku harus bersikap di depanmu. Senja apakah kau tau, aku selalu menghela nafas panjang ketika melihatmu. Bisakah kau perlihatkan lagi senyum tulusmu untukku?

Aku menyayangimu, senja. Atas segala hal dengan keindahan tanpa durasi. Rasakan denyut nadiku ini, pada bagian mana kau sangat merindukanku? Setiap nadiku adalah sulur perdu yang hidup dari rindu. Seandainya kau tau, bahwa segala sesuatu hal yang telah, tak akan dapat kembali. Sekalipun samar-samar kau suarakan. 

Segala hal yang membuatku begitu rindu, semebar jingga kau yang berlabuh dalam tirai malam. Tutup matamu, adakah ingatan-ingatan yang selalu sibuk memanen kenangan? Kita pernah berdiam disana. Di sebelah matamu, aku terbit. Di sebelah matamu lagi, aku terbenam.

Senja, dan segala jingga yang ada dimatamu. Rinduku habis pada waktu, kata-kataku telah membatu dan aku mencintai ketiadaanmu. Angan-anganku sedang berusaha menyambungkan kotaku dan kotamu--menggantung jarak di dinding paling belakang rumah rindu. Sayangnya, rindu ini tak pernah tersampaikan. Meski di ujung lidah sekalipun, tak ada yang terucap. 

Senjaku, suddenly I’m missing you. Biarkanku menikmati rindu ini sementara waktu. Dengan binar-binar harapan, sebelum binar itu memudar lalu hilang ditelan malam kelam dan aku pergi meninggalkan harapan itu teronggok sepi. Pada akhirnya, senja meletakan segala ingatan yang tiada. Di debarku, kamu menjelma puisi paling nyala."

Tidak ada yang perlu disesali, tidak ada yang perlu disalahkan. Ku harap kau mengerti senjaku.~


~ Peri Tepi Danau

1 komentar:

Wanda Darmawan mengatakan...

Aku tak pernah mengharapkan kamu (senjaku) untuk tau apalagi membaca tiap bait-bait yang aku tulis, aku tak berharap kamu untuk membalasnya..

yang aku mau, agar kamu tau bahwa masih saja aku merindukanmu..

~~~~~~~~~~~~~

Posting Komentar