Rabu, 11 Juni 2014

Danau

Aku hanya ingin menulis, menulis dan menulis. Tak peduli siapa yang akan membaca nantinya. Suka atau tidak suka. Dia yang peduli atau tidak, bukan hal yang harus aku khawatirkan.

"Ibu peri, aku kehilangan sayapku".

Pagi ini, tidak ada yang istimewa. Dari mulai aku beres-beres untuk keberangkatan ke sekolah. Hari ketiga PPL (Praktik Pengalaman Lapangan). Sampai hari ketiga ini, semuanya masih biasa. Belum ada kegiatan yang menyibukkan, hanya saja harus sering-sering urut dada. Alasannya, keegoisan.

Apa yang kalian pikirkan? Kenapa terus-terusan mengeluh? Membanding-bandingkan? Kita sedang dicoba, mendapat ujian. Pantaskah jika hanya bisa berbicara hal-hal yang seharusnya tidak perlu diumbar-umbar. Astaghfirullah. Maafkan hamba-Mu Ya Rabb.

Ruangan ini memang ramai, seolah berlomba-lomba untuk menceritakan apa-apa yang telah dialami setelah berada di lapangan. Bagaimana denganmu? Pertanyaan ini sangat menjengkelkan rasanya. Aku tertekan, menghadapi hal-hal yang sebenarnya tidak pernah ada dalam pikiranku. Ini sudah hari ketiga, tapi tetap saja. 

Bukan ini saja, aku harus kembali dihadapkan oleh situasi yang cukup rumit. Menjadi pikiran, mengganggu. Aku berharap ketika itu dia ada, menepuk pundakku. Menggenggam tangan ini, berusaha menatap mataku meski aku tidak benar-benar memintanya. Setidaknya aku tidak merasa kehilangan seperti ini. Aku butuh, aku butuh dia meskipun dia harus berpura-pura peduli. Aku lihat jelas dia tertawa, ingin aku mengikutinya. Tapi, ada hal yang membuatku tertahan. "Sakitnya tuh disini!"

Aku tidak langsung pulang hari ini, menyisakan sedikit waktu yang aku miliki untuk menatap langit. Mengimajinasikan hal-hal sepele. Bagaimana awan bergerak, bagaimana awan berkejar-kejaran dengan angin, menari dan bahkan mereka sangat akur. Indahnya alam ini. Sampai ketika hujan turun dengan lebatnya. Benar-benar seperti gambaran kejadian hari ini. Aku singgah disebuah Mesjid, hujan semakin lebat. Tampak seseorang membawa motor kencang dengan sedikit hati-hati. Malangnya, kertas yang ia bawa basah terkena hujan. Aku membuka tas, mungkin plastik ini bisa berguna. "Terimakasih" katanya.

Aku belum mengganti bajuku, masih dengan pakaian bekas hujan tadi. Bukan masalah, karena pikiran tentang itu semakin mengusikku. Mataku basah, semakin berlinang. Jika saja aku bisa, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. "Badan gak sehat". Aku paham, aku mengerti. Tidak ada nada tinggi. Aku hanya ingin, membuatmu bangga. Aku ingin seperti mereka diluar sana yang bisa sukses dengan cara mereka sendiri. Merangkai mimpi mereka dan mewujudkannya. Hanya tahun ini, mungkin tahun depan tidak ada lagi kesempatan ini. Innallaha Ma'ana.

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Insya Allah semua akan baik-baik saja. Sayapku rusak, aku hanya butuh waktu untuk memulihkannya seperti semula. Ibu periku tidak bersamaku saat ini, mungkin dia sedang mendidik peri-peri yang lain. Aku tak apa, ada air yang setia menemaniku.



Danau ~

2 komentar:

Sarah Zulqarnainii mengatakan...

innallaha ma'ana, dan aku bersamamu.hehe..
berbaik sangkalah pada Tuhan. karena skenario ini sudah lebih dulu disusun sebaik mungkin olehNya.. tak ada yang perlu dikhawatrkan..semua akan baik baik saja. sejauh ini saja, kamuu sudah mantap, sudah oke. smngat goch.:)

fathira baina mengatakan...

Semua akan baik-baik saja :)

Posting Komentar